Kediri (Antara Jatim) - Target penyerapan gula petani oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional (Divre) Kediri, Jawa Timur, bisa menyerap hingga lebih dari 60 ribu ton, menindaklanjuti kebijakan pusat tentang pembelian gula petani yang diproduksi pabrik gula milik BUMN.
     
"Target volume besar, tapi tergantung realisasi dan ini tidak mengikat. Rencananya di atas 60 ribu ton," kata Kepala Bulog Subdivre Kediri Rachmat Syahjoni Putra di Kediri, Selasa.
     
Ia mengatakan, kebijakan agar bulog ikut serta dalam penyerapan gula merupakan keputusan dari pusat, sehingga Bulog Kediri juga siap menindaklanjutinya. Saat ini, di Kediri masih persiapan termasuk koordinasi dengan APTRI untuk penyerapan tersebut.
     
Untuk keperluan tersebut, Bulog Kediri sedang menyiapkan infrastruktur dan sumber daya manusia yang mengurusi tata niaga komoditas itu. Gudang milik bulog yang selama ini disiapkan untuk menyimpan beras ke depannya juga bakal difungsikan untuk penyimpanan gula.
     
Pihaknya terus sosialisasi terkait dengan rencana pembelian gula petani tersebut, salah satunya untuk memastikan gula yang diproduksi sudah sesuai dengan standar nasional. 
    
Terkait dengan rencana pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen untuk gula tebu, Bulog mengakui hal tersebut tentunya membuat harga gula menjadi lebih mahal. Untuk itu, pemerintah membuat kebijakan untuk penyerapan gula petani, dimana ke depannya pembelian gula lewat bulog.
     
Sementara itu, Ketua DPC Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Pesantren Baru Suprayitno mengatakan hingga kini belum ada keputusan terkait dengan pembelian gula tersebut. Bulog Kediri masih sosialisasi dengan rencana pembelian itu, salah satunya terkait pembelian gula tebu oleh bulog seharga Rp9.700 per kilogram. 
     
Dalam sosialisasi itu, selain dijelaskan tentang harga, juga mekanisme cara pembelian hingga teknis lainnya. Petani juga tidak dibebankan PPN, namun tetap dibebankan PPh sebesar 1,5 persen. Dengan adanya PPh tersebut, dari harga Rp9.700 per kilogram, petani hanya mendapatkan harga Rp9.540 per kilogram.
     
"Harga Rp9.700 per kilogram itu masih kena PPh 1,5 persen. Petani di harga itu (Rp9.700 per kilogram) belum BEP, dan masih dibebani lagi PPh," kata Suprayitno.
    
Ia sangat berharap, pemerintah mengkaji kembali harga yang diberlakukan untuk pembelian gula petani, dengan mempertimbangkan penantian petani yang menunggu hingga satu tahun baru mendapatkan keuntungan. 
    
Stok gula di pabrik hingga kini juga masih menumpuk. Stok gula dari pabrik yang ada di Kediri dan sekitarnya setiap pekan sekitar 6 ribu ton. Saat ini, yang belum terjual adalah stok sekitar empat pekan, sehingga total hingga 24 ribu ton, yang merupakan khusus gula petani. Gula itu produksi dari Pabrik Gula Pesantren Baru Kediri, PG Meritjan Kediri, PG Ngadirejo Kabupaten Kediri, PG Lestari Kabupaten Nganjuk, dan PG Mojopanggung Kabupaten Tulungagung. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017