Surabaya, (Antara Jatim) -  Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) menyebut hasil surveinya Khofifah menduduki peringkat pertama untuk tingkat popularitas, kemudian disusul Ketua Kadin Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti sebagai sosok gubernur pilihan masyarakat Jawa Timur.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI), Arifin Nur Cahyono dalam keterangan persnya di Surabaya, Kamis menyebut, ada empat tokoh yang mendominasi pelaksanaan Pilkada Jawa Timur 2018, karena keempatnya selama ini sudah dikenal eksis di publik.

Dari hasil survei LKPI disebutkan, Khofifah mempunyai tingkat popularitas tertinggi dengan angka 78,3 persen, ditempel La Nyalla sebesar 78,1 persen, Risma 77,6 persen, dan Gus Ipul 77,4 persen. 

Selain itu, dalam temuan LKPI ada nama lain yang terus muncul, meski belum sekuat empat tokoh tersebut. Di antaranya adalah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Kepala Inspektorat Jatim Nurwiyatno, dan Waketum Partai Demokrat Nurhayati Assegaf.

Nama-nama itu mempunyai tingkat popularitas seperti Anas 63,7 persen, Budi Sulistyono 61,3 persen, dan Nurwiyatno 58,2 persen.

Sementara untuk tingkat akseptabilitas atau penerimaan masyarakat terhadap tokoh yang dianggap pantas memimpin Jatim, nama La Nyalla menyodok di angka 79,8 persen, disusul Risma 78,4 persen, Khofifah 77,8 persen, dan Gus Ipul 76,3 persen.

Ia mengatakan, tingkat akseptabilitas ini relevan dengan keinginan masyarakat terhadap sosok gubernur ke depan, yaitu mampu mengatasi permasalahan ekonomi sebanyak 64,1 persen. 

"Pak La Nyalla kan pengusaha, sehingga rakyat berharap dia bisa menjadi solusi dari permasalahan ekonomi yang terus menghimpit saat ini," kata dia.

Adapun untuk tingkat elektabilitas atau keterpilihan, La Nyalla berada di posisi tertinggi sebesar 23,1 persen, ditempel Risma 19,2 persen, Khofifah 18,3 persen, lalu keempat ada nama Gus Ipul sebesar 13,1 persen.

"Di lapangan saya menemukan fakta bahwa rakyat menginginkan perubahan, karena Gus Ipul sebagai representasi petahana dinilai tidak bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat. Itulah mengapa nama nonGus Ipul terus menguat," katanya.

Survei digelar pada 25 Agustus sampai 5 September 2017 dengan mengunakan sampel sebanyak 1.769 responden yang ditarik dengan metode multistage random sampling didasarkan pada populasi daftar pemilih tetap (DPT) di Jawa Timur saat Pilpres 2014. 

Responden diwawancarai secara tatap muka dengan toleransi kesalahan survei ini sebesar kurang lebih 2,3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017