Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya memperketat warga luar kota yang ingin tinggal atau pindah datang ke Kota Pahlawan.
Kepala Dispendukcapil Surabaya Suharto Wardoyo, di Surabaya, Minggu, mengatakan setiap penduduk yang datang ke Surabaya setelah ada surat keterangan pindah dari daerah asal, kemudian meminta surat keterangan jaminan tempat tinggal dari RT/RW lalu ke kelurahan.
"Di kelurahan, petugas akan melakukan verifikasi tempat tinggalnya. Termasuk juga pekerjaannya. Kecuali bila ada keterangan formal pekerjaan dari perusahaan," katanya.
Setelah itu, lanjut dia, lurah akan menugaskan staf untuk melakukan verifikasi di lapangan atau tempat tinggalnya akan dicek. Hal ini dilakukan agar jangan sampai tinggalnya di wilayah pinggir sungai dan mengganggu ketertiban kota.
"Intinya, di Surabaya betul-betul sudah ada jaminan tempat tinggal yang layak dan juga suda ada pekerjaan layak. Jangan sampai di Surabaya tidak ada pekerjaan," katanya.
Menurut dia, ketentuan tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang telah diubah dengan Perda Kota Surabaya Nomor 14 tahun 2014 yang mengatur pindah datang dan penerbitan kartu keluarga baru bagi penduduk yang pindah datang ke Kota Surabaya.
Sesuai mekanisme, lanjut dia, proses pelayanan pindah datang dan penerbitan kartu keluarga, ketua RT dan ketua RW akan memberikan surat pengantar pindah datang untuk menjadi penduduk Surabaya hanya kepada penduduk pindah datang yang mempunyai tempat tinggal di Surabaya.
Atau paling tidak, lanjut dia, ada yang menjamin/ditumpangi serta memiliki pekerjaan tetap yang akan mendapatkan surat pengantar pindah datang untuk menjadi penduduk Surabaya dari ketua RT/ketua RW.
Bila ternyata pemohon pindah datang itu tidak memenuhi syarat, Suharto menyebut pihak kelurahan akan melaporkan ke kecamatan. Pihak kecamatan lalu meneruskan ke Dispendukcapil Kota Surabaya yang kemudian menyampaikan surat ke Dispendukcapil kota/kabupaten asal pemohon tersebut. Bahwa yang bersangkutan tidak memenuhi syarat sesuai ketentuan Perda Surabaya Nomor 14 tahun 2014 tentang Administrasi Kependudukan.
"Kami akan melakukan pengetatan. Petugas akan melakukan verifikasi setiap permohonan pindah datang ke Surabaya. Bila tidak memenuhi syarat tentunya akan ditolak permohonan pindah datangnya," kata Suharto.
Mantan Kabag Hukum Pemkot Surabaya ini menegaskan, setiap orang dari kota/kabupaten manapun, berhak hidup di manapun, termasuk di Surabaya.
Namun, kata dia, karena jumlah penduduk Surabaya yang sudah cukup padat, diharapkan warga yang pindah datang, memang memenuhi ketentuan atau benar-benar karena alasan penting semisal ditugaskan di Surabaya.
"Kami tidak ingin Surabaya terganggu ketentraman dan ketertibannya bila ada banyak pendatang yang tidak memenuhi ketentuan. Kalau ingin tinggal di Surabaya, harus patuh pada aturan Perda Kota Surabaya. Kalau misalnya keberatan, silahkan tinggal di luar Surabaya. Toh, tetap bisa bekerja di Surabaya tetapi tinggalnya di luar Surabaya," katanya.
Selama ini, kata Suharto, pemohon yang mengajukan pindah datang kebanyakan warga yang sudah tinggal di Surabaya tetapi Kartu Keluarga /Kartu Tanda Penduduk (KTP) masih luar Surabaya sehingga mereka mengurus pindah.
Atau, sebelumnya mereka tinggal di luar kota tetapi menginginkan anaknya bersekolah di Surabaya, sehingga orang tuanya juga ingin tinggal di Surabaya. Atau juga karena alasan bekerja sehingga pindah dokumen lintas kependudukan ke Surabaya.
Data di Dispendukcapil Kota Surabaya dalam empat tahun terakhir, jumlah warga pindah masuk ke Surabaya, memang cukup tinggi. Pada tahun 2016 lalu, warga luar kota yang pindah datang ke Surabaya mencapai 45.388 jiwa. Untuk tahun 2017 ini, hingga bulan Juli, data warga pindah masuk mencapai 22.278 jiwa.
Dari jumlah tersebut, jika dipilah per kecamatan, ada enam kecamatan yang jumlah warga pindah datangnya mencapai lebih dari 1.000 jiwa (hingga Juli 2017) yakni Kecamatan Wonokromo, Sawahan, Tambaksari, Krembangan, Semampir Kenjeran. Warga pendatang itu berasal dari kota/kabupaten tetangga Surabaya seperti Bangkalan, Sampang, Sidoarjo dan Lamongan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017