Malang, (Antara) - Sedikitnya 154 siswa berkebutuhan khusus yang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Tingkat Nasional Bagian C Lawang, Kabupaten Malang memamerkan kemampuan berbagai permainan tradisional yang dipandu guru masing-masing kelas, Kamis.

Selain memamerkan ketangkasan dan berbagai permainan tradisional di hadapan Bupati Malang Rendra Kresna dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Malang, mereka juga berdialog dengan bupati. Pertanyaan siswa maupun jawaban bupati diterjemahkan oleh guru pendamping.

"Pak Bupati, saya berharap di arena permainan di kawasan Stadion Kanjuruhan Kepanjen ada arena permainan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk bagi tunanetra. Harus ada huruf braile agar bisa dibaca dan dinikmati anak-anak yang tuna netra," ucap Aurel, siswa kelas 3 SD SLB Lawang yang menderita tunanetra saat berdialog dengan Bupati Malang Rendra Kresna.

Atas pertanyaan tersebut, Rendra berjanji akan segera memfasilitasi, terutama arena bermain dan kawasan belajar lalu lintas yang ada di Stadion Kanjuruhan.

"Saya akan berkoordiansi dengan Kapolres Malang maupun pihak lain utnuk memfasilitasi para siswa yang berkebutuhan khusus, tidak hanya tunanetra, tapi juga yang lainnya," ujar Rendra.

Rendra mengakui sampai saat ini memang belum memiliki sekolah bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, sehingga mereka harus belajar (sekolah) di berbagai daerah di sekitar Malang, bahkan di daerah lain yang jauh dari Malang.

Secara bertahap, lanjutnya, akan terus diupayakan agar anak-anak berkebutuhan khusus tersebut bisa mandiri dengan fasilitas yang disediakan pemerintah, termasuk guru pendamping.

"Kami akan memprogramkan pelatihan bagi guru untuk mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus ini agar pendidikan bisa merata," ucapnya.

Sementara itu, siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di luar kelas tersebut sebanyak 154 siswa dari jenjang TK hingga SMA. Pembelajaran di luar kelas diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari cuci tangan bersama, berdoa di kelas masing-masing, menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza, dan permainan tradisional yang seluruhnya dilakukan siswa SLB.

Sejumlah permainan tradisional Indonesia yang diperagakan, di antaranya adalah jamuran, engklek, egrang, bentengan (petak umpet), dakon, dan gobak sodor. Untuk memainkan permainan tradisional itu, mereka didampingi guru masing-masing sekaligus sebagai penerjemah.

Selain permainan, mereka juga membacakan ikrar bersama-sama, yakni "Kami Anak Indonesia, Kami Cinta Semua". Gelaran pembelajaran di luar kelas bagi siswa-siswi SLB tersebut, juga dilakukan di lima SLB lainnya di Indonesia, di antaranya SLB Balikpapan, Banten, Ambon, dan Malang. Kegiatan tersebut juga diselenggarakan di 22 negara secara serentak.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017