Bojonegoro (Antara Jatim) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan akan melakukan pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo di empat lokasi yang dilaksanakan empat bulan sekali, pada September.
"Pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo baru akan kita laksanakan September," kata Kepala Bidang Koservasi dan Pengendalian DLH Pemkab Bojonegoro Mardiantoro, di Bojonegoro, Rabu.
Sebelum ini, menurut dia, DLH sudah melakukan pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo di empat lokasi pada Mei. Empat lokasi yang dimanfaatkan untuk melakukan pemeriksaan kualitas air yaitu jembatan Kuncen Kecamatan Padangan, dan jembatan Malo di Kecamatan Malo, di wilayah barat.
Di wilayah tengah, lanjut dia, pemeriksaan kualitas air dilakukan di jembatan Kaliketek di Kecamatan Kota dan di jembatan Semar Mendem di Kecamatan Baureno, di wilayah timur.
"Pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo itu untuk melengkapi pemerisaan rutin yang dilakukan DLH Provinsi Jawa Timur, di tiga lokasi," kata dia menjelaskan.
Menurut dia, pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo dilakukan bekerja sama dengan Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Mojokerto.
"Pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo dilakukan di Mojokerto, karena Bojonegoro belum memiliki laboratorium sendiri," kata dia menjelaskan.
Ia menyebutkan dalam pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo ada 12 parameter yang dilakukan pengujian di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Mojokerto.
Hasil pemeriksaan pada Mei lalu di jembatan Kuncen, Kecamatan Padangan, antara lain, untuk TSS atau kepadatan lumpur 3,6 miligram/liter, sedangkan baku mutu yang diperbolehkan 4.00 miligram/liter.
Untuk "chemical oxygen demand" (COD) 24,6 miligram/liter, sedangkan baku mutu 50 miligram/liter dan "biological oxygen demand" (BOD5) 2,55 miligram/liter, sedangkan baku mutu 6 miligram/liter.
Tapi hasil pemeriksaan kualitas air di jembatan Malo di Kecamatan Malo, untuk TSS mencapai 743,3 miligram/liter, sedangkan baku mutu 400 miligram/liter.
Sedangkan COD 70,52 miligram/liter melampaui baku mutu 50 miligram/liter. Begitu pula BOD5 mencapai 7,64 miligram/liter, sedangkan baku mutu 6 miligram/liter.
"Hasil pemeriksaan di dua lokasi lainnya tidak jauh berbeda. Secara umum kepadatan lumpur air Bengawan Solo lebih tinggi musim hujan dibandingkan musim kemarau. Itu menunjukkan banyak kandungan yang masuk ke Bengawan Solo," ucapnya menambahkan.
Meski ada sejumlah paramater yang melebih baku mutu, kata dia, kualitas air Bengawan Solo di Bojonegoro masih layak dimanfaatkan pertanian dan perikanan dengan mengacu Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran.
"Air Bengawan Solo masuk kualitas III untuk pertanian dan pertamanan, selain juga untuk perikanan," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo baru akan kita laksanakan September," kata Kepala Bidang Koservasi dan Pengendalian DLH Pemkab Bojonegoro Mardiantoro, di Bojonegoro, Rabu.
Sebelum ini, menurut dia, DLH sudah melakukan pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo di empat lokasi pada Mei. Empat lokasi yang dimanfaatkan untuk melakukan pemeriksaan kualitas air yaitu jembatan Kuncen Kecamatan Padangan, dan jembatan Malo di Kecamatan Malo, di wilayah barat.
Di wilayah tengah, lanjut dia, pemeriksaan kualitas air dilakukan di jembatan Kaliketek di Kecamatan Kota dan di jembatan Semar Mendem di Kecamatan Baureno, di wilayah timur.
"Pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo itu untuk melengkapi pemerisaan rutin yang dilakukan DLH Provinsi Jawa Timur, di tiga lokasi," kata dia menjelaskan.
Menurut dia, pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo dilakukan bekerja sama dengan Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Mojokerto.
"Pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo dilakukan di Mojokerto, karena Bojonegoro belum memiliki laboratorium sendiri," kata dia menjelaskan.
Ia menyebutkan dalam pemeriksaan kualitas air Bengawan Solo ada 12 parameter yang dilakukan pengujian di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Mojokerto.
Hasil pemeriksaan pada Mei lalu di jembatan Kuncen, Kecamatan Padangan, antara lain, untuk TSS atau kepadatan lumpur 3,6 miligram/liter, sedangkan baku mutu yang diperbolehkan 4.00 miligram/liter.
Untuk "chemical oxygen demand" (COD) 24,6 miligram/liter, sedangkan baku mutu 50 miligram/liter dan "biological oxygen demand" (BOD5) 2,55 miligram/liter, sedangkan baku mutu 6 miligram/liter.
Tapi hasil pemeriksaan kualitas air di jembatan Malo di Kecamatan Malo, untuk TSS mencapai 743,3 miligram/liter, sedangkan baku mutu 400 miligram/liter.
Sedangkan COD 70,52 miligram/liter melampaui baku mutu 50 miligram/liter. Begitu pula BOD5 mencapai 7,64 miligram/liter, sedangkan baku mutu 6 miligram/liter.
"Hasil pemeriksaan di dua lokasi lainnya tidak jauh berbeda. Secara umum kepadatan lumpur air Bengawan Solo lebih tinggi musim hujan dibandingkan musim kemarau. Itu menunjukkan banyak kandungan yang masuk ke Bengawan Solo," ucapnya menambahkan.
Meski ada sejumlah paramater yang melebih baku mutu, kata dia, kualitas air Bengawan Solo di Bojonegoro masih layak dimanfaatkan pertanian dan perikanan dengan mengacu Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran.
"Air Bengawan Solo masuk kualitas III untuk pertanian dan pertamanan, selain juga untuk perikanan," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017