Jember (Antara Jatim) - Universitas Jember (Unej), Jawa Timur akan mengembangkan Pusat Standarisasi Keamanan Pangan dan Halal karena selama ini lembaga sertifikasi halal yang ada hanya melihat komposisi suatu produk dari sisi syariah saja.

"Kami berharap dengan pendirian Lembaga Sertifikasi Produk (LSPRO) di Universitas Jember tidak hanya dari sisi syariah, namun juga terkait dengan keamanan pangan suatu produk," kata Wakil Direktur I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Program Pascasarjana Unej Sugeng Winarso dalam siaran pers yang diterima Antara di Jember, Sabtu.

Program Pascasarjana Unej menggelar acara Training Of Trainers dan Workshop Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) di aula lantai 3 gedung Pascasarjana kampus setempat pada 10-11 Agustus 2017. 

Menurutnya Indonesia dengan masyarakat mayoritas muslim bertekad untuk menjadi pusat halal dunia, sehingga Unej wajib menjadi bagian dari hal tersebut sebagai bentuk dukungan dan kontribusi terhadap kemajuan produk-produk Indonesia.

Saat ini, lanjut dia, Unej Jember memiliki fakultas yang berkenaan dengan masalah keamanan produk makanan dan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam bidang sertifikasi produk.

"Kami memiliki banyak dosen yang telah dibekali pengetahuan terkait sertifikasi produk melalui pelatihan, training for trainer," katanya.

Bahkan, Fakultas di Unej juga lengkap mulai dari Fakultas Teknologi Pertanian yang memiliki banyak produk makanan atau Fakultas Kedokteran terkait pengaruh makanan terhadap kesehatan sehingga keamanan konsumen semakin terlindungi.

Rencana Universitas Jember untuk mendirikan LSPRO disambut baik oleh Kepala Bidang Kerjasama Dalam Negeri Badan Standardisasi Nasional Iskandar Novianto yang mengatakan untuk standarisasi tidak hanya berlaku pada produk berupa makanan saja, namun lulusan dari perguruan tinggi juga perlu memiliki standar yang jelas terkait kemampuan yang dimiliki oleh lulusan.

"Kedepan seorang sarjana tidak hanya cukup dengan selembar ijazah saja, namun mereka juga harus dilengkapi dengan surat keterangan pendamping ijazah berupa sertifikat keahlian ataupun lainnya, sehingga harapannya mereka dapat bersaing dalam bursa kerja nasional maupun internasional," katanya.

Ia berharap pendidikan mengenai standarisasi bisa masuk di dalam kurikulum yang ada di perguruan tinggi karena di beberapa negara Asia sudah memasukkan pendidikan standarisasi ke dalam kurikulum.

"Korea Selatan, China, dan Taiwan telah menjadikan pendidikan standarisasi dipelajari oleh para mahasiswa disana, sehingga sejak dari awal mahasiswa sudah memiliki gambaran jika membuat produk harus memiliki standar yang jelas," ujarnya.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017