Situbondo (Antara Jatim) - Sejumlah petani tebu di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur mengeluhkan pelayanan Pabrik Gula Asembagus karena tebu petani yang sudah ditebang harus menungggu antrean giling berhari-hari sehingga berdampak mengurangi berat tebu dan merugikan petani.

"Berdasarkan keluhan sejumlah petani di Kecamatan Asembagus yang kami terima sangat sulit mendapatkan surat perintah angkut (SPA) tebu untuk digiling. Dan indikasi ada permainan SPA ada tetapi SPA tidak disebarkan secara merata atau hanya diberikan kepada petani-petani besar," ujar Ketua Gerakan Pembela Petani Rakyat (GPPR) Situbondo, Fathol Bari di Situbondo, Jumat.

Ia mengemukakan, permasalahan klasik ini menuai protes karena ada indikasi permainan pembagian SPA dan diduga pemberian surat perintah angkut tebu lebih mengutamakan petani yang memiliki lahan tebu lebih luas, sedangkan petani kecil dibiarkan tebunya yang sudah ditebang hingga berhari-hari.

Menurutnya, ada keberpihakan pihak PG kepada kelompok petani tertentu, katanya, sehingga menyebabkan petani kecil yang kesulitan mendapatkan SPA dan tebunya sudah ditebang harus antri berhari-hari menunggu mendapatkan SPA.

"Truk bermuatan tebu yang antri berhari-hari tersebut berpengaruh terhadap kualitas tebu yang akan digiling karena bisa mengurangi berat tebu. Kalau tebu sudah mulai kering di atas truk ujung-ujungnya petani yang dirugikan," ucapnya.

Fathol meminta PG Asembagus untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para petani tebu dengan tidak mendiskriminasi atau membeda-bedakan kelompok petani tertentu.

Sementara itu, Direktur PG Asembagus Achma Barnas mengatakan bahwa tudingan ada permainan pembagian SPA kepada petani tebu tidak benar, karena pihak PG mengeluarkan SPA tersebut disesuaikan dengan kapasitas atau kemampuan giling per hari.

"Pabrik kami kan kapasitas gilingnya untuk sementara masih 3.000 ton tebu per hari dan baru tahun depan (2018) PG Asembagus kapasitasnya akan ditambah menjadi 6.000 ton tebu per hari," katanya.

Ia mengatakan, tidak ada perbedaan petani kecil dan petani yang memiliki lahan tebu lebih luas (pemborong) dalam pembagian surat perintah angkut tebu untuk dapat digiling setiap harinya.

"Kami membagi SPA kepada petani atau pemborongnya sesuai luasan lahan. Kalau luas lahan tebu yang akan ditebang sedikit tentu diberi SPA sesuai takaran dan yang memiliki lahan lebih banyak tentu mendapatkan SPA berbeda," tuturnya.

Barnas menjelaskan, kebanyakan petani yang sudah mendapatkan surat perintah tebang dan jatah satu SPA per hari, namun justru mengangkut tebunya ke PG lebih dari satu, sehingga harus menunggu giliran atau mendapatkan SPA untuk digiling. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017