Surabaya (Antara Jatim) – Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur menyatakan saat ini fokus kepada empat hal dalam rangka penguatan revitalisasi SMK yang ada di wilayah itu seiring keluarnya instruksi presiden (Inpres) nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK.

"Penguatan revitalisasi SMK di Jatim fokus kepada empat hal. Pertama adalah spektrum kurikulum SMK, kedua penguatan jurusan-jurusan yang sudah ada, ketiga aplikasi kerjasama dengan industri, dan terakhir penguatan sarana dan prasarana di SMK," kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rachman di Surabaya, Senin.

Selain itu, aplikasi kerjasama SMK dengan industri, kata dia, harus dalam bentuk nyata, bukan lagi sebuah teori. "Komitmen Gubernur Jatim, siswa SMK harus betul-betul praktik. Bukan lagi teori. Makanya kerjasama dengan industri harus berjalan," ujar Saiful.

Atas komitmen ini, Jatim akan membenahi tempat praktik di SMK agar sesuai standar. Saiful menyatakan, penguatan juga dilakukan untuk skema sertifikasi keahlian. Selama ini, sejumlah SMK di Jatim belum memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) jurusan seni seperti tari, desain grafis, dan lain sebagainya. LSP jurusan tersebut justru berada di luar Jatim. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) harus digandeng untuk membuka LSP seni itu.

Mantan Kepala Badiklat Jatim ini menjelaskan, siswa jurusan seni yang tampil di luar negeri disyaratkan memiliki sertifikat keahlian. Jika tidak, kompetensinya bisa diragukan. Dengan begitu, Jatim perlu membuka LSP tersebut yang memenuhi standar nasional dan internasional.

"Kalau tidak punya sertifikat bisa disebut penari abal-abal," tuturnya.

Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Pendidikan SMK Dindik Jatim Hudiyono menambahkan, komitmen untuk merevitalisasi SMK di Jatim harus dibangun bersama. Bukan hanya dari kalangan satuan pendidikan, melainkan juga dari dunia industri.

Dia mengakui, sejumlah SMK sudah menjalin hubungan dengan industri. Namun, sebagian SMK kurang cepat bergerak. Untuk itu, yang bagus harus ditingkatkan, yang jelek-jelek perlu diperbaiki. Salah satu faktor penyebab lambannya SMK menjalin kerjasama dengan industri adalah kurangnya komunikasi.

"Padahal banyak industri yang mau masuk ke Jatim," kata Hudiyono.

Hudiyono berharap, melalui penguatan revitalisasi SMK ini sekolah membangun kembali komitmen dan keseriusan bekerjasama dengan dunia industri. "Memang ada SMK yang sudah dihubungkan dengan industri tapi enggan mendatangi. Sekolah harus pro aktif," ucapnya.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017