Tulungagung (Antara Jatim) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyatakan krisis garam yang terjadi selama beberapa pekan terakhir merupakan imbas dari cuaca buruk berkepanjangan selama kurun 1-2 tahun terakhir, sehingga menyebabkan produksi tambak garam turun drastis.
    
"Jadi garam Jawa Timur itu kalau mataharinya bagus, produknya 174 ribu ton per bulan. Maka karena ini terlalu banyak hujan dan sering kondisinya mendung, (produksi) turun menjadi 123 ribu ton, sehingga minus," kata Soekarwo saat dikonfirmasi wartawan usai menghadiri peringatan Hari Koperasi di GOR Lembu Peteng Tulungagung, Jumat.
    
Selain itu, lanjut Soekarwo, kualitas produk garam di Jatim ikut turun sebagai dampak curah hujan yang tinggi.
    
Penyebabnya, kata Gubernur, garam bercampur tanah sehingga kualitas menjadi turun, tidak bagus.
    
Dengan kualitas yang tidak bagus seperti ini, maka volume produksi tidak mungkin ditingkatkan. ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan pasokan di pasar garam inilah yang kemudian mendorong kebijakan impor garam, papar Soekarwo.
    
"Kalau tidak bisa ditingkatkan produktifitasnya, maka kita harus impor. Kita harus terbiasa, tidak punya impor, tapi kalau lebih ekspor. Harus biasa, seperti itu," katanya.
    
Apalagi, lanjut Soekarwo, sebagian petani garam masih menggunakan metode konvensional.

Terkait kondisi tersebut pihaknya mengaku tidak bisa berbuat banyak, karena pemicunya adalah faktor alam.

Kata Soekarwo, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan impor garam untuk memenuhi kebutuhan warga.

"Lain dengan Australia gunung yang dijadikan tambang (garam), lha kita tetap menggunakan air laut," ujarnya.

Kondisi kelangkaan garam terjadi hampir merata di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur.

Selain langka, harga garam di tingkat produsen hingga eceran mengalami kenikan hingga 100 persen.
     
Garam dapur kemasan kecil yang biasanya dijual Rp1.500 per bungkus, saat ini naik menjadi Rp3 ribu hingga Rp5 ribu per bungkus. Kondisi kelangkaan garam sudah terjadi dua pekan terakhir.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017