Surabaya (Antara Jatim) - Film pendek berbahasa Korea buatan Mahasiswa English for Creative Industry (ECI) Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya Andhika Godwin ditayangkan secara internasional di Asia Tenggara tepatnya di Lifetime Asia TV Channel (A+E Networks).

Dalam rilis yang diterima Antara di Surabaya, Selasa, Andhika menjelaskan, film berdurasi 18 menit dan diberi judul "JANE" (Jae-in) itu mengisahkan tentang seorang wanita bernama Jane yang bekerja sebagai seorang konselor di sebuah "suicide hotline".

Adapun cerita film tersebut berangkat dari pengalaman pribadinya yang memiliki seorang sahabat mengalami depresi dan membutuhkan bantuan.

"Kisah ini dimulai saat Jane yang bekerja sebagai seorang counselor di sebuah 'suicide hotline' jatuh cinta pada seorang pria bernama Jon-young yang ia kenal melalui Facebook," kata dia.

Mereka pun telah bertukar pesan selama berbulan-bulan, namun masih belum pernah bertemu. Saat hubungan mereka makin dekat, mereka memutuskan untuk bertemu untuk pertama kalinya.
Akan tetapi, sebelum pertemuan tersebut, Jane mendapati beberapa kesamaan yang kuat antara Jon-young dan seorang pria depresi yang sering menelepon ke 'suicide hotline' tempatnya bekerja.

"Kesamaan ini pun membuat Jane menjadi ragu untuk bertemu dan menjalin hubungan lebih erat dengannya, karena pria tersebut telah beberapa kali mengatakan bahwa ia ingin bunuh diri melalui hotline tersebut," ujar Andhika.

Andhika menjelaskan, dirinya menyelesaikan naskah film itu sejak bulan November tahun 2014.
Dalam menulisnya, dirinya berkeinginan menjadikan naskah tersebut menjadi sebuah film pendek.

"Maka ketika saya berangkat ke Korea kemudian saya menjadikannya sebuah proyek akhir kuliah saya," kata Andhika.

Andhika mengakui, bagian tersulit pembuatan film ini adalah saat proses editing. Sementara untuk pengambilan gambarnya hanya dilakukan selama 4 hari saja dan diambil langsung di Korea serta ditayangkan saat proyek besar kuliah yaitu Film Workshop.

Dia berharap dengan adanya film ini bisa membuka wawasan orang lain agar membantu orang di sekitar entah itu orang terdekat maupun teman kita.

"Pesannya kita harus meninggalkan stigma atau persepsi buruk terhadap mental 'illness' dan 'depression', karena stigma yang kita miliki terhadap mental illness dapat membuat orang-orang yang mengidapnya takut untuk mendapat pertolongan baik secara profesional maupun dari sesama teman, sehingga penyakit mereka menjadi semakin parah dan pada akhirnya berakibat buruk misalnya bunuh diri," ujarnya.

Dia mengungkapkan, film ini memang sengaja dibuat 'open ending' supaya penonton bebas untuk membayangkan bagaimana kelanjutan ceritanya sendiri.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017