Probolinggo (Antara Jatim) - Volume jeep angkutan wisata di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur meningkat sejak musim libur Lebaran 2017 dan puncaknya saat digelarnya upacara adat Yadya Kasada di kawah Gunung Bromo, Minggu.
    
"Memang ada peningkatan volume armada jeep wisata yang beroperasi, namun tidak mencapai angka puncak," kata salah satu pengelola jeep angkutan wisata di kawasan TN Gunung Bromo Ribut Laksono di Probolinggo.
    
Ia memperkirakan, jumlah jeep angkutan wisata yang beroperasi sejak Jumat (7/7) hingga Minggu (9/7) yang merupakan puncak rangkaian upacara adat suku Tengger, Yadya Kasada, mencapai 600-700-an unit.
    
Jumlah itu menurut Ribut belum seluruhnya beroperasi karena data yang pernah dihimpun pengelola objek wisata Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS) mencapai 1.000 unit lebih.
    
"Tapi inipun sudah dua kali lipat dibanding armada yang beroperasi pada hari biasanya yang rata-rata berjumlah 250-300-an unit," kata Ribut.
    
Ia mengungkapkan sebelumnya pelaku jasa wisata jeep angkutan wisata di kawasan Gunung Bromo terwadahi dalam satu paguyupan bersama, namun kemudian bubar karena beberapa perselisihan dan tidak efektifnya manajemen pengelolaan jasa angkutan wisata di dalam kawasan TNBTS.
    
"Pelaku jasa angkutan wisata jenis jeep atau hardtop yang beroperasi cenderung beroperasi secara mandiri dan bersaing secara terbuka namun tetap sehat," ujarnya.
    
Akibat persaingan bebas itulah, tidak semua pelaku jasa usaha jeep angkutan wisata beroperasi saban hari ataupun pada saat liburan dimana kunjungan wisata meningkat.
    
Banyaknya pelaku usaha jasa angkutan membuat tak jarang pengelola atau pelaku jasa angkutan wisata tak kebagian penumpang.
    
Padahal menurut keterangan Dani, sopir jeep angkutan wisata lain, konsumsi bahan bakar minyak jenis pertamax untuk operasional kendaraan jenis mobil segala medan (land cruiser) tipe lawas itu cukup banyak, yakni minimal 25 liter untuk sekali jalan.
    
"Rasio konsumsi BBM kendaraan ini rata-rata 1:5, satu liter untuk lima kilometer jalan. Ssangat boros, kalau banyak memakai mesin sistem empat langkah (4WD) konsumsi bisa hanya tiga kilometer per liter. Jadi kalau tidak (untuk) kerja, pengelola bisa rugi (bangkrut)," kata Dani.
    
Saat ini, tarif jasa jeep angkutan wisata TNBTS untuk paket biasa (Puncak Pananjakan, kawah Gunung Bromo, padang Savana dan pasir berbisik) dipatok antara Rp650 ribu hingga Rp800 ribu.
    
Menurut pengakuan Ribut maupun Andi, harga tidak sama antarpenyedia jasa angkutan karena semua bergantung negosiasi antara pihak wisatawan selaku pengguna jasa dengan pelaku usaha angkutan jeep wisata.
    
"Tapi memang ada sedikit kenaikan tarif antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu dibanding hari biasa. Soal harga, semua bersifat tawar-menawar saja di lapangan," ujar Ribut.
    
Ima, wisatawan asal Bogor mengaku puas dengan layanan jasa angkutan wisata jeep di kawasan TNBTS, karena memudahkannya menjangkau beberapa objek yang menurutnya saling berjauhan dan tidak mungkin dijangkau oleh kendaraan biasa, apalagi jalan kaki.
    
"Asyiknya kita bisa menempuh perjalanan dengan medan berat seperti sedang menjelajah lintasgunung dan padang pasir di kawasan Gunung Bromo ini," ujarnya. (*)
Video oleh: Destyan H Sujarwoko

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017