Tulungagung, (Antara Jatim) - Sejumlah sekolah pinggiran di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur masih kekurangan pendaftar dari jalur zonasi akibat calon siswa yang memilih sekolah-sekolah unggulan di pusat kota kabupaten ataupun kota kecamatan.
"Kebanyakan pendaftar masih menumpuk di sekolah favorit. Padahal mereka ada sekolah yang lebih dekat," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tulungagung Hariyo Dewanto Wicaksono di Tulungagung, Jumat.
Menurut keterangan Haryo Dewanto atau biasa disapa Yoyok ini, kebanyakan peserta PPDB jalur "offline" atau nondaring, khususnya zonasi belum mengubah pola berfikir para peserta didik untuk tidak berkumpul pada sekolah favorit.
Sebaliknya, para calon peserta didik maupun orang tua masih berbondong-bondong mendaftar ke sekolah favorit walaupun diketahui ada batasan jalur zonasi sebanyak 50 persen, jalur prestasi 10 persen dan jalur tes kompetensi 10 persen.
"Di luar sekolah favorit tersebut, semua SMP Negeri di wilayah kota juga dipenuhi peminat, seperti di SMPN 1 Kedungwaru dan SMPN 6 Tulungagung," ungkapnya.
Sedangkan di wilayah kecamatan yang jauh dari wilayah kota, lanjut Yoyok, pendaftar juga menumpuk di sekolah yang dianggap punya kualitas lebih, seperti di SMPN 1 Bandung, SMPN 1 Campurdarat, dan SMPN 1 Kauman.
Padahal di Bandung ada SMPN 2 dan SMPN 3 yang kuotanya masih belum terpenuhi.
"Khusus untuk SMPN 1 Boyolangu, ini sekolah satu-satunya yang ada di Boyolangu. Jangkauannya tidak hanya Boyolangu, namun sampai ke Campurdarat. Jadi wajar meski pinggiran sekolah ini penuh," ucap Yoyok.
Mengatasi kesenjangan itu, pihak dikpora setempat berencana melakukan pengalihan pendaftar, dari sekolah-sekolah yang berlebih peminat ke sekolah-sekolah pinggiran yang kekurangan kuota untuk jalur zonasi.
"Hal ini semata-mata untuk mengupayakan semua anak mendapatkan sekolah negeri," ujarnya.
Sejumlah sekolah yang masih belum memenuhi kuota zonasi antara lain SMPN 2 Campurdarat, SMPN 2 Pakel, SMPN 5 Tulungagung, SMPN 2 Ngantru, SMPN 2 Sumbergempol serta SMPN 2 dan 3 Bandung.
Pengalihan pendaftar ini dilakukan mulai Sabtu (17/6), bersamaan pengumuman hasil pendaftaran zonasi.
Menurut Yoyok, sudah ada komunikasi antar-kepala sekolah terkait pengalihan pendaftar ini.
"Pengalihan dilakukan Sabtu (17/6) dan Senin (19/6). Tapi ingat, ini bukan perpanjangan PPDB zonasi lo, ini hanya pengalihan. Sekolah-sekolah yang sudah penuh tidak akan menerima siswa pengalihan," kata Yoyok, menegaskan.
Namun, rencana pengalihan akan gagal jika orang tua siswa tidak menyetujui. Jika tetap ingin masuk ke SMP yang dituju, satu-satunya jalan hanyalah ikut PPDB sistem daring.
Nantinya nilai ulangan sekolah (NUS) yang akan dipersaingkan dengan pendaftar lain. "Silakan, masih ada kesempatan di daring kalau memang tidak mau dialihkan. Tapi jika tidak lolos juga, maka harapannya hanya sekolah swasta," tambah Yoyok.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kebanyakan pendaftar masih menumpuk di sekolah favorit. Padahal mereka ada sekolah yang lebih dekat," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tulungagung Hariyo Dewanto Wicaksono di Tulungagung, Jumat.
Menurut keterangan Haryo Dewanto atau biasa disapa Yoyok ini, kebanyakan peserta PPDB jalur "offline" atau nondaring, khususnya zonasi belum mengubah pola berfikir para peserta didik untuk tidak berkumpul pada sekolah favorit.
Sebaliknya, para calon peserta didik maupun orang tua masih berbondong-bondong mendaftar ke sekolah favorit walaupun diketahui ada batasan jalur zonasi sebanyak 50 persen, jalur prestasi 10 persen dan jalur tes kompetensi 10 persen.
"Di luar sekolah favorit tersebut, semua SMP Negeri di wilayah kota juga dipenuhi peminat, seperti di SMPN 1 Kedungwaru dan SMPN 6 Tulungagung," ungkapnya.
Sedangkan di wilayah kecamatan yang jauh dari wilayah kota, lanjut Yoyok, pendaftar juga menumpuk di sekolah yang dianggap punya kualitas lebih, seperti di SMPN 1 Bandung, SMPN 1 Campurdarat, dan SMPN 1 Kauman.
Padahal di Bandung ada SMPN 2 dan SMPN 3 yang kuotanya masih belum terpenuhi.
"Khusus untuk SMPN 1 Boyolangu, ini sekolah satu-satunya yang ada di Boyolangu. Jangkauannya tidak hanya Boyolangu, namun sampai ke Campurdarat. Jadi wajar meski pinggiran sekolah ini penuh," ucap Yoyok.
Mengatasi kesenjangan itu, pihak dikpora setempat berencana melakukan pengalihan pendaftar, dari sekolah-sekolah yang berlebih peminat ke sekolah-sekolah pinggiran yang kekurangan kuota untuk jalur zonasi.
"Hal ini semata-mata untuk mengupayakan semua anak mendapatkan sekolah negeri," ujarnya.
Sejumlah sekolah yang masih belum memenuhi kuota zonasi antara lain SMPN 2 Campurdarat, SMPN 2 Pakel, SMPN 5 Tulungagung, SMPN 2 Ngantru, SMPN 2 Sumbergempol serta SMPN 2 dan 3 Bandung.
Pengalihan pendaftar ini dilakukan mulai Sabtu (17/6), bersamaan pengumuman hasil pendaftaran zonasi.
Menurut Yoyok, sudah ada komunikasi antar-kepala sekolah terkait pengalihan pendaftar ini.
"Pengalihan dilakukan Sabtu (17/6) dan Senin (19/6). Tapi ingat, ini bukan perpanjangan PPDB zonasi lo, ini hanya pengalihan. Sekolah-sekolah yang sudah penuh tidak akan menerima siswa pengalihan," kata Yoyok, menegaskan.
Namun, rencana pengalihan akan gagal jika orang tua siswa tidak menyetujui. Jika tetap ingin masuk ke SMP yang dituju, satu-satunya jalan hanyalah ikut PPDB sistem daring.
Nantinya nilai ulangan sekolah (NUS) yang akan dipersaingkan dengan pendaftar lain. "Silakan, masih ada kesempatan di daring kalau memang tidak mau dialihkan. Tapi jika tidak lolos juga, maka harapannya hanya sekolah swasta," tambah Yoyok.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017