Tulungagung (Antara Jatim) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Timur terus proaktif mempersiapkan demplot atau lahan percontohan untuk kegiatan pertanian padi unggul M400 ataupun M70D   di 38 kabupaten/kota se-Jatim.
    
"Kami terus mendorong jajaran pengurus HKTI di daerah-daerah, termasuk di wilayah yang masih proses pembentukan kepengurusan, untuk secepatnya mengajukan lahan," kata Wkail Ketua HKTI DPP Jatim Eko Puguh di Tulungagung, Jumat.
    
Ia mengatakan, HKTI tak membatasi berapapun pengajuan kerja sama pengembangan bibit padi varietas M400 ataupun M70D yang menjadi produk unggulan organisasi tani di bawah kepemimpinan Jenderal (Purn) TNI Moeldoko tersebut.
    
Namun Eko berharap minimal luasan demplot di satu daerah bisa mencapai 20 hektare. "Berapapun pengajuan akan kami layani. Tapi akan lebih baik jika minimal bisa mencapai 20 hektare, sesuai cakupan luas lahan yang bisa ditangani satu tenaga ahli pertanian yang ditugaskan di lapangan mendampingi petani," katanya.
    
Eko yang mantan Vice President di salah satu perusahaan otomotif terbesar asal Jepang di Indonesia ini mengatakan, instruksi penyiapan demplot-demplot di daerah itu datang langsung dari Jenderal (Purn) Moeldoko.
    
Mantan Panglima TNI era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono hingga awal pemerintahan Joko Widodo itu bahkan menggelar rapat khusus dengan jajaran pengurus HKTI Jatim dan daerah-daerah di wilayah Plandaan, Pasuruan, sembari berbuka bersama, Kamis (8/6).
    
Selain meminta langsung penyiapan demplot, Eko mengatakan bahwa Jenderal (Purn) Moeldoko juga meminta HKTI Jatim segera menyusun formatur pengurus HKTI hingga tingkatan desa-desa.

Selain program pajale (padi jagung kedelai) yang menjadi prioritas HKTI, Moeldoko juga menjamin komitmen dewan pengurus nasional HKTI dalam pengembangan aneka tanaman holtikultura, bahkan budidaya perikanan dan peternakan.

"Kami ingin kembangkan seluruh sektor pertanian dan peternakan di Jatim, sekaligus, namun sementara ini program pengembangan bibit padi unggul M400 menjadi prioritas yang harus segera realisasi," katanya.

Eko memastikan, saat ini telah 40 persen lebih daerah di Jatim yang mengajukan dan mulai mengembangkan padi organik M400 melalui jaringan gapoktan-gapoktan, sementara lainnya proses "assesment", seperti Trenggalek yang Jumat sore ini dijadwalkan melakukan pertemuan, sosialisasi sekaligus penyaluran pinjaman modal pertanian M400 dimaksud.
    
Dijelaskan, padi varietas M400 mampu menghasilkan gabah kering sawah rata-rata 9 ton pada lahan satu hektare sawah dengan masa/durasi tanam 90 hari.

Dibandingkan padi varietas biasa ditanam petani yang rata-rata memakan waktu/durasi tanam 109 hari dengan volume produksi gabah kering sawah sekitar 5 ton, Puguh mengklaim hasil tanam padi varietas M400 jauh lebih menguntungkan petani.

"Jika HPP gabah kering sawah saat ini Rp3.700 per kilogram, harga beli HKTI untuk produksi M400 adalah Rp4.100 per kilogram. Kalikan saja masing-masing dengan kapasitas produksi per hektare," katanya.

Puguh lalu menunjukkan simulasi hasil panen antara padi varietas biasa dibanding varietas M400.
 
Hasilnya berdasar simulasi, padi biasa hasil panen jika diuangkan (Rp3.700 x 5 ton) total hasil kotor Rp18,5 juta. Dipotong biaya produksi yang katakanlah sekitar Rp7 juta berari hasil bersih petani adalah Rp11,5 juta.

Keuntungan lebih tinggi akan didapat petani saat menanam varietas M400 yang kini menjadi andalan HKTI di Jatim.
    
Dengan volume produksi mencapai rata-rata 9 ton dan harga pembelian Rp4.100 per kilogram dengan asumsi saat ini, kata Eko Puguh, petani bisa meraup hasil panen dalam hitungan kotor mencapai Rp36,9 juta, atau jika diminimalkan volume produksi 8 ton maka hasil penjualan gabah kering sawah mencapai Rp32,8 juta.
    
"Itu dengan asumsi biaya operasional keseluruhan kami hitung di kisaran Rp6,7 juta, sehingga total keuntungan bersih yang bisa diraup petani padi varietas M400 bisa mencapai Rp30,2 juta untuk produksi sebanyak 9 ton, atau minimal Rp26,1 juta jika volume asumsi 8 ton," katanya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017