Tulungagung (Antara Jatim) - Jumlah warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur yang masih menyandang status buta huruf hingga saat ini tercatat mencapai 5.245 orang yang mayoritas berusia di atas 54 tahun.
    
"Sebagian besar mereka yang tidak bisa membaca dan menulis sudah berusia tua," kata Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung Hariyo Dewanto Wicaksono di Tulungagung, Rabu.
    
Sebagian masyarakat beranggapan, kelompok buta aksara usia lanjut itu sudah malas belajar baca tulis dengan tidak berdampak atau menunjang kesejahteraan.  
    
Haryo Dewanto atau Yoyok ini menjelaskan, dari 2010 Dindik Tulungagung sudah berupaya menuntaskan kasus buta huruf secara bertahap.
    
Hasilnya, Yoyok mengklaim dindik berhasil menggarap sekitar 8.290 orang untuk melek huruf dari 13.535 warga yang terdata di Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010.
    
Sedangkan soal program pemberantasan buta huruf  tahun ini dihentikan. "Sebab memang sepi peminat sejak 2016 lalu,  dan yang tersisa warga buta huruf rata-rata enggan mengenyam pendidikan kembali, sebab  mayoritas warga berusia di atas 55 tahun," katanya.
    
Selain itu, lanjut Yoyok, usia yang tergolong sudah memasuki tua itu calon peserta telah mengidap berbagai penyakit permanen, seperti stroke, diabetes dan lainnya.  
    
Faktor lainnya yang menghambat, yakni jangkauan tiap pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang terbatas untuk memfasilitasi hal tersebut.
    
"Program diberhentikan karena tidak ada fasilitas atau biaya yang dianggarkan baik dari pemerintah daerah atau dari pusat untuk pemberantasan. Informasinya, program pemberantasan buta huruf    difokuskan kepada kabupaten/kota yang termasuk zona merah dalam kasus buta aksara," katanya.
    
Diakui Yoyok, dari ribuan warga buta huruf juga masih ada juga yang usia produktif, yakni antara 15 hingga 40 tahun.
    
Namun mereka tampaknya tak bisa mengenyam pendidikan karena mengalami cacat bawaan. Dan itu, biasanya dilimpahkan pendidikan tidak di PKBM namun di SLB.  
    
"Berdasarkan penyisiran di lapangan dari data tersebut, sebagian ada yang bisa membaca namun tidak lancar. Karena dari latar belakangnya drop out sekolah di kelas 3, 4 dan 5," katanya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017