Blitar (Antara Jatim) - Aparat Kepolisian Sektor Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menangani kasus dugaan penyiksaan calon tenaga kerja wanita (TKW) yang dilakukan pemilik penampungan di daerah tersebut.
     
Kepala Polsek Talun AKP Subondo mengemukakan kasus tersebut berawal dari laporan korban ke polisi. Yang bersangkutan melapor dari dari tempat penampungan calon TKW, di Desa Wonorejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
     
"Dia melapor dan mengaku baru lari dari penampungan calon TKW. Anggota juga langsung ke lokasi dan mengamankan mereka (Pemilik tempat penampungan)," katanya pada wartawan, Rabu.
     
Ia menyebut, di lokasi tersebut, polisi mengamankan pemilik tempat penampungan calon TKW yang merupakan pasangan suami istri. Selain itu, polisi juga menemukan ada tiga orang perempuan yang diduga juga calon TKW. Kondisi mereka juga memprihatinkan, sehingga langsung dibawa petugas.
     
Sementara itu, Sunarsih (36), calon TKW di tempat penampungan itu mengaku sering mendapatkan ancaman dari pemilik tempat penampungan itu. 
     
Perempuan yang berasal dari Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Tuban ini mengaku sudah dua bulan di tempat penampungan tersebut. Ia awalnya dengan delapan orang rekannya, hingga akhirnya hanya tersisa lima orang dengan dirinya.
     
"Saya hendak ke Singapura. Awalnya ada delapan orang dan karena sudah berangkat, terakhir hanya lima orang dengan saya," katanya.
     
Ia mengaku, di tempat penampungan tersebut mendapat perlakuan kurang baik. Bahkan, saat ia mengaku sedang hamil, perlakuan yang lebih buruk sering diterimanya, termasuk ancaman hendak dibunuh. Salah satunya, karena ia sudah dicarikan calon majikan. 
     
Dirinya bahkan diminta untuk menggugurkan kandungannya oleh istri pemilik tempat penampungan itu. Namun, saat itu ia beralasan masih meminta izin suaminya. 
     
Sunarsih juga mengatakan, pemilik penampungan kecewa dengan kehamilan dirinya, sebab sudah mendapatkan kepastian soal calon majikan di Singapura.
     
"Mereka kecewa, soalnya sudah dapat majikan dan juga uang saku Rp2,5 juta. Mereka bilang suruh mengembalikan, tapi saya minta waktu. Suami saya juga memberikan hanya setengah dan setelah itu bukannya bersikap baik justru sering dianiaya," katanya.
     
Karena tidak kuat dengan siksaan dan ancaman, Ia pun nekat melarikan diri dengan melompat dari lantai dua rumah yang ditinggalinya itu.
     
"Jam 23.00 WIB, saya lompat dari lantai dua belakang, sebab yang depan tidak pernah dibuka. Saya minta tolong warga," katanya.
     
Sunarsih ditemani oleh Sumiati (45), warga Kabupaten Ponorogo, yang juga calon TKW. Sumiati juga tidak betah, karena sering disiksa. Sunarsih pun harus dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wlingi, Kabupaten Blitar, akibat pendarahan saat kabur dari tempat penampungan itu.
     
Sementara itu, Hadi Sartono, salah seorang warga mengaku prihatin dengan kejadian yang menimpa Sunarsih dan rekannya itu. Ia pun mau mengantarkan mereka melapor ke polisi.
     
"Orang itu bilang ditamung di tempat itu dan takut karena akan dibunuh. Jadi, dia minta tolong diantar ke kantor polisi," katanya.
     
Hingga saat ini, rumah yang merupakan tempat penampungan calon TKW di Desa Wonorejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, itu kosong. Polisi pun masih memeriksa intensif sejumlah saksi asus tersebut. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017