Magetan (Antara Jatim) - Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Magetan Pangayoman meminta warga bersikap bijaksana dengan rencana pemerintah pusat tentang proyek eksplorasi geotermal (panas bumi) di lereng Gunung Lawu masuk wilayah Magetan, Jawa Timur dan Karanganyar, Jawa Tengah.

Pangayoman tidak menyalahkan tentang adanya aksi penolakan sejumlah warga dan aktivis  pecinta lingkungan terkait rencana pemerintah melalui Kementerian ESDM membuat proyek geotermal sebagai persiapan untuk ketersediaan energi listrik di Tanah Air dalam jangka panjang. 

"Penolakan itu merupakan bentuk kritis dan pengawalan terhadap kebijakan pemerintah agar berhati-hati dalam bertindak. Satu sisi, saya rasa pemerintah pusat juga sudah berhitung banyak tentang rencana proyek tersebut, termasuk dengan program 'CSR'-nya nanti," ujar Panganyoman dihubungi, Sabtu. 

Menurut dia, warga Magetan, terlebih yang berada di wilayah Cemorosewu, Kecamatan Plaosan sebagai wilayah yang hendak dieksplorasi, diminta tidak berlebihan memperdebatkan soal proyek tersebut.

Sebab, wilayah yang paling banyak terekspolorasi nantinya adalah Kabupaten Karanganyar, Magetan hanya sedikit. Jika di Karanganyar tidak ada pengeboran, maka Magetan juga tidak terimbas.

"Hasil konsultasi dengan Kementerian ESDM, di Magetan hanya sedikit titik yang dibor untuk proyek itu. Itupun kalau jadi, sebab sampai saat ini juga belum ada kejelasan kapan proyek itu akan dilaksanakan karena masih bermasalah dengan sosio kultural warga di sekitar lereng Gunung Lawu," kata dia.

Ia menjelaskan, berdasarkan pemaparan yang dilakukan Kementerian ESDM, energi listrik bisa diperoleh dari pemanfaatan batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Namun, seiring perkembangan zaman, stok energi bahan bakar fosil itu mulai menipis dan mahal.

Karena itu, pemerintah pusat harus mencari solusi dengan menemukan energi baru dan terbarukan. Sesuai hasil penelitian, energi listrik bisa didapatkan dengan mengeksplorasi panas bumi di gunung-gunung yang statusnya sudah tidak aktif. 

"Geotermal di Indonesia itu masih sedikit sekali. Padahal kita punya potensi tersebut, salah satunya yang ada di Gunung Lawu," ucapnya.

Kementerian ESDM membuat proyek geotermal di Gunung Lawu tersebut bukan tanpa alasan. Proyek itu rencananya sebagai persiapan untuk ketersediaan energi listrik di tanah air dalam jangka panjang. Sebab, hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum dapat menikmati layanan listrik. 

"Sekaligus mengantisipasi kelangkaan listrik di masa mendatang akibat krisis energi. Baik akibat mahalnya bahan bakar fosil ataupun sebab lainnya," terangnya.

Nantinya, eksplorasi geotermal di wilayah Karanganyar dan Magetan tersebut akan dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) selaku pemenang tender proyek. Perusahaan itu sudah menyiapkan detail pengerjaannya demi tetap terjaganya keseimbangan alam. Pelaksanaannya kelak tentu diawasi ketat oleh Kementerian ESDM.

"PGE dalam waktu dekat akan melakukan sosialiasi untuk menyampaikan manfaat geotermal dan solusi antisipasi tentang kerusakan yang mungkin ditimbulkan," tuturnya.

Seperti diketahui, pengerjaan proyek eksplorasi tenaga panas bumi di Gunung Lawu rencananya akan dimulai tahun 2017. Produksi pertama tenaga listrik panas bumi ditargetkan mulai tahun 2023 dengan jumlah yang diproduksi saat itu 110 Megawatt (MW) dari kapasitas 165 MW. (*)

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017