Denpasar (Antara) - Umat Hindu di Bali pada Sabtu memperingati Hari Suci Kuningan, rangkaian Hari Raya Galungan untuk merayakan Kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).
Kuningan dirayakan sepuluh hari setelah Galungan dengan menghaturkan sesaji di Pura maupun merajan, tempat suci milik masing-masing keluarga.
Mengenakan busana adat Bali, sebagian umat Hindu di kota Denpasar dan sekitarnya juga melakukan persembahyangan di Pura Jagatnatha atau Pura Sakenan di Kelurahan Serangan, 12 km arah selatan kota Denpasar.
Kuningan berlangsung bertepatan dengan ritual besar (piodalan) di Pura Sakenan. Persembahyangan berlangsung sejak pagi hingga sore hari.
Panitia dan bendesa adat Serangan mengatur atrean warga yang hendak mengikuti persembahyangan di Pura Sakenan, salah satu Pura "Sad Kahyangan" (pura besar) dengan Persada, bangunan bertingkat-tingkat seperti limas.
Akademisi Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof Dr Drs Made Surada MSi menjelaskan Kuningan dimaknai sebagai momentum instrospeksi diri untuk mencapai kedamaian dan kesejahteraan.
Perayaan Kuningan merupakan pengejawantahan ajaran cinta kasih dari kemenangan dharma dalam kegiatan pelayanan dan pengabdian.
"Hal ini dapat dikupas secara filosofis beberapa sarana prasarana upakara dan upacara: tamiang, sulanggi, tebog, wayang-wayangan, endongan, kolem, ter, dan nasi kuning, ujar Made Surada. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Kuningan dirayakan sepuluh hari setelah Galungan dengan menghaturkan sesaji di Pura maupun merajan, tempat suci milik masing-masing keluarga.
Mengenakan busana adat Bali, sebagian umat Hindu di kota Denpasar dan sekitarnya juga melakukan persembahyangan di Pura Jagatnatha atau Pura Sakenan di Kelurahan Serangan, 12 km arah selatan kota Denpasar.
Kuningan berlangsung bertepatan dengan ritual besar (piodalan) di Pura Sakenan. Persembahyangan berlangsung sejak pagi hingga sore hari.
Panitia dan bendesa adat Serangan mengatur atrean warga yang hendak mengikuti persembahyangan di Pura Sakenan, salah satu Pura "Sad Kahyangan" (pura besar) dengan Persada, bangunan bertingkat-tingkat seperti limas.
Akademisi Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof Dr Drs Made Surada MSi menjelaskan Kuningan dimaknai sebagai momentum instrospeksi diri untuk mencapai kedamaian dan kesejahteraan.
Perayaan Kuningan merupakan pengejawantahan ajaran cinta kasih dari kemenangan dharma dalam kegiatan pelayanan dan pengabdian.
"Hal ini dapat dikupas secara filosofis beberapa sarana prasarana upakara dan upacara: tamiang, sulanggi, tebog, wayang-wayangan, endongan, kolem, ter, dan nasi kuning, ujar Made Surada. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017