Kediri (Antara Jatim) - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Kediri, Jawa Timur, melakukan pendataan, terutama kawasan lereng Gunung Wilis, yang dinilai rawan longsor, mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
     
"Jadi, kami identifikasi ke lapangan dan saya instruksikan untuk mengidentifikasi barangkali di wilayah ada tanah bergerak," kata Kepala Perum Perhutani KPH Kediri Maman Rosmatika di Kediri, Selasa.
     
Ia mengatakan, dari berbagai identifikasi itu di daerah Perhutani Kediri memang terdapat yang rawan longsor, misalnya di Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek.
     
Di Kabupaten Tulungagung, ia menyebut di Desa Kradenan, Kecamatan Pagerwojo. Daerah itu dekat dengan kawasan lereng Gunung Wilis.
     
Dari pemantauan, di Kecamatan Pagerwojo tersebut, sudah terjadi rekahan tanah, dengan lebar sekitar 1,5 meter. Saat hujan, rekahan itu tertutup dan saat kemarau terbuka.
     
Di lokasi tersebut juga sangat dekat dengan perkampungan warga, sehingga warga pun diharapkan bisa lebih waspada. Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bahkan sudah menginstruksikan agar warga meningkatkan kewaspadaaan. 
     
Ia menyebut, di tempat itu yang menjadi masalah adalah struktur tanahnya relatif bergerak. Padahal, secara tanaman di tempat tersebut relatif bagus, banyak tanaman tegak.
     
Selain itu, di Kabupaten Trenggalek, juga terdapat sejumlah daerah yang rawan, yaitu di Desa Prambon di Kecamatan Tugu, Desa Depok di Kecamatan Bendungan, Desa Tarakan di Kecamatan Trenggalek, dan Desa Nglinggis di Kecamatan Tugu.
     
Di lokasi tersebut, juga terdapat retakan tanah dengan panjang sekitar 1 meter. Lokasi itu juga dinilai berbahaya bagi warga, sehingga warga diharapkan juga waspada.
     
Pihaknya juga melakukan beragam upaya mengantisipasi rekahan terjadi, salah satunya dengan melakukan penanaman kembali. Sejumlah lokasi yang ditanami, terutama yang jarak pohon sudah renggang.
     
Beberapa tanaman yang dinilai bagus, kata dia, adalah tanaman maupun buah-buahan yang berakar dalam, misalnya bambu, kemiri, trembesi. 
     
Lebih lanjut, ia mengatakan di tanah yang cenderung dengan struktur miring, sangat tidak dianjurkan untuk menanam tanaman yang membuat tanah menjadi gembur, misalnya empon-empon.
     
"Aspek vegetasi penting dengan memilih jenis tanaman dengan akar dalam dan tidak dianjurkan di daerah miring yang menyebabkan cengkraman ke tanah berkurang," katanya.
     
Pihaknya tetap berharap, masyarakat bisa lebih waspada, terutama saat hujan deras terjadi, mengantisipasi terjadinya musibah serta korban jiwa, seperti yang terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. 
     
Di Kabupaten Ponorogo, musibah telah menyebabkan 28 warga hilang akibat tanah longsor, Sabtu (1/4). Selain itu, puluhan rumah warga rusak. Harta benda mereka juga ikut terbukur. Hingga kini, masih tiga korban yang berhasil ditemukan. (*)
Video oleh: Asmaul H

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017