Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Surabaya mendorong semua pemilik toko kelontong di ibu kota Provinsi Jawa Timur itu menjadi lebih berdaya dengan berbasis koperasi.
     
"Melalui pertemuan ini, saya ingin agar pemilik toko kelontong bergabung di koperasi," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada acara sosialisasi pemberdayaan dan pengelolaan toko kelontong berbasis koperasi di Pemkot Surabaya, Jumat.
      
 Risma mengatakan sudah saatnya bagi pemilik toko kelontong untuk maju bersama dalam wadah koperasi. Ia mengibaratkan lidi yang lemah bila hanya sendirian tetapi bisa kuat bila bergabung bersama.
     
Terlebih dalam menghadapi persaingan usaha dengan toko modern toko swalayan yang tentu saja memiliki modal lebih besar dibanding toko kelontong. 
     
Risma mengatakan Pemkot Surabaya selama ini sudah menerapkan aturan untuk pengaturan posisi toko modern demi untuk memberikan peluang bagi toko kelontong untuk tetap berkembang. 
     
 Namun, kata dia, hal itu tidak selamanya bisa diandalkan sebab yang terpenting adalah bagaimana para pemilik toko kelontong, bisa bersaing.
     
Menurut wali kota, selama ini, ada beberapa hal yang membuat pemilik toko kelontong tidak mampu bersaing dengan toko swalayan di antaranya karena faktor penataan toko dan pelayanan dari pemilik toko. 
     
Wali kota mencontohkan tidak sedikit pemilik toko kelontong yang kurang ramah ketika melayani pembeli. 
    
 "Yang terpenting itu pelayanan. Katanya pembeli itu raja, tetapi pelayanannya kurang bagus, tidak ramah," ujarnya.
     
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Surabaya, Eko Haryanto mengatakan Pemkot telah memiliki mantri ekonomi yang salah satunya bertugas untuk memberikan pelatihan kepada pemilik toko kelontong agar usahanya bisa lebih berkembang. Hingga kini, kurang lebih ada 70-an mantri ekonomi yang tersebar di 31 kecamatan di Surabaya. 
     
Menurut Eko, pihaknya akan fokus untuk membenahi beberapa hal yang selama ini menjadi permasalahan bagi pemilik toko kelontong, di antaranya produk yang dijual monoton dan teknik penataan barang yang kurang rapi. 
     
 "Mantri ekonomi ini yang akan melakukan pelatihan untuk mencapai kondisi yang diinginkan Semisal bagaimana meningkatkan keanekaragaman produk, menata barang di toko, juga cara melayani penjual. Hasilnya akan dilaporkan ke kami," kata Eko.
     
 Terkait perlunya koperas bagi pemilik toko kelontong, Eko menyebut Dinas Koperasi dan Usaha Mikro sudah melakukan pendataan. Dari 31 kecamatan, ada beberapa kecamatan yang akan menjadi percontohan, di antaranya Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Tambasari, Kecamatan Sawahan. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017