Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan mendorong serapan garam rakyat untuk
industri karena saat ini masih di bawah 30 persen, dan sisanya 70
persen untuk konsumsi.
"Salah satu upaya kami adalah dengan meningkatkan kualitas garam
petani. Mereka didorong dengan penggunaan teknologi `geo membrane`, dan
inisiasi program percontohan rumah garam," kata Kepala Bidang Kelautan,
Pesisir dan Pengawasan (KPP) Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim Fatkhur
Rozaq di Surabaya, Rabu.
Dengan upaya itu, kata dia, separuh dari produksi garam rakyat bisa
dipakai industri, dan dorongan itu telah dilakukan di 46 titik serta 12
sentra produksi garam, seperti Madura dan Tuban.
"Jadi, program rumah garam tersebut akan diberi sarana berupa
plastik khusus sehingga bisa mempermudah pembuatan garam, paling tidak
ketika hujan masih bisa berproses," katanya.
Fakhur mengatakan bahwa alokasi anggaran untuk program itu mencapai
sekitar Rp2 miliar, atau separuh dari total anggaran yang ditetapkan
pemerintah untuk pengembangan sektor garam yang mencapai sekitar Rp4
miliar.
"Kami juga berupaya melakukan normalisasi tambak garam di empat
titik tambak yang berlokasi di Madura agar saluran air menuju tambak
garam lancar sebab hal itu merupakan bahan baku garam," tuturnya.
Selain itu, kata dia, juga memberikan bimbingan teknologi kepada
istri petani garam terkait dengan cara pengolahan bahan baku garam
menjadi produk siap pakai sampai dengan pola pengemasan dan
memasarkannya sendiri.
"Apa yang kami lakukan ini selaras dengan program kementerian,
salah satunya pemberdayaan usaha garam rakyat atau Pugar," katanya.
Ia berharap di akhir tahun 2017 bisa tercapai target produksi garam
rakyat Jatim yang mencapai 1,1 juta ton dengan estimasi musim kemarau
sekitar 5 sampai 6 bulan.
"Tidak seperti pada tahun 2016 yang termasuk kemarau basah sehingga
dampak pada produksi garam besar. Dari target 1,068 juta ton, tercapai
98.840 ton atau sekitar 9 persen dari target," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
industri karena saat ini masih di bawah 30 persen, dan sisanya 70
persen untuk konsumsi.
"Salah satu upaya kami adalah dengan meningkatkan kualitas garam
petani. Mereka didorong dengan penggunaan teknologi `geo membrane`, dan
inisiasi program percontohan rumah garam," kata Kepala Bidang Kelautan,
Pesisir dan Pengawasan (KPP) Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim Fatkhur
Rozaq di Surabaya, Rabu.
Dengan upaya itu, kata dia, separuh dari produksi garam rakyat bisa
dipakai industri, dan dorongan itu telah dilakukan di 46 titik serta 12
sentra produksi garam, seperti Madura dan Tuban.
"Jadi, program rumah garam tersebut akan diberi sarana berupa
plastik khusus sehingga bisa mempermudah pembuatan garam, paling tidak
ketika hujan masih bisa berproses," katanya.
Fakhur mengatakan bahwa alokasi anggaran untuk program itu mencapai
sekitar Rp2 miliar, atau separuh dari total anggaran yang ditetapkan
pemerintah untuk pengembangan sektor garam yang mencapai sekitar Rp4
miliar.
"Kami juga berupaya melakukan normalisasi tambak garam di empat
titik tambak yang berlokasi di Madura agar saluran air menuju tambak
garam lancar sebab hal itu merupakan bahan baku garam," tuturnya.
Selain itu, kata dia, juga memberikan bimbingan teknologi kepada
istri petani garam terkait dengan cara pengolahan bahan baku garam
menjadi produk siap pakai sampai dengan pola pengemasan dan
memasarkannya sendiri.
"Apa yang kami lakukan ini selaras dengan program kementerian,
salah satunya pemberdayaan usaha garam rakyat atau Pugar," katanya.
Ia berharap di akhir tahun 2017 bisa tercapai target produksi garam
rakyat Jatim yang mencapai 1,1 juta ton dengan estimasi musim kemarau
sekitar 5 sampai 6 bulan.
"Tidak seperti pada tahun 2016 yang termasuk kemarau basah sehingga
dampak pada produksi garam besar. Dari target 1,068 juta ton, tercapai
98.840 ton atau sekitar 9 persen dari target," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017