Bojonegoro (Antara Jatim) - Ketua Masyarakat Pariwisata Indonesia Wahyu Setiawan mengatakan perajin gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, membutuhkan tambahan open untuk mengeringkan gerabah.
"Perajin membutuhkan open, sebab di desa setempat baru ada tiga open yang dimanfaatkan sekitar 10 perajin," kata dia, di Bojonegoro, Selasa.
Padahal, menurut dia, di desa setempat dari 270 perajin gerabah sudah ada sekitar 80 perajin yang mulai mengembangkan gerabah modern berupa tokoh kartun.
"Kalau ada tambahan open maka permintaan pasar dengan cepat terpenuhi, karena semua perajin gerabah modern bisa memanfaatkan open untuk mengeringkan produksi gerabahnya," katanya menegaskan.
Apalagi, menurut dia, pihak Desa Rendeng, Kecamatan Malo, sedang mengembangkan daerah setempat sebagai lokasi wisata edukasi kerajinan gerabah.
"Saya juga bekerja sebagai biro travel wisata sering mengajak wisatawan domestik (wisdom) ke lokasi wisata edukasi gerabah Rendeng," paparnya.
Ketua Karang Taruna Satria Muda Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Bojonegoro Mas Taba, menjelaskan tiga unit open pengering itu, di antaranya dua open bantuan BNPB dan satu open pinjaman Dinas Perdagangan (Disperindag).
"Tiga unit open itu mulai dimanfaatkan perajin gerabah modern sejak Januari 2016," ucapnya.
Hanya saja, kata dia, tiga unit open itu hanya dimanfaatkan sekitar 10 perajin gerabah untuk mengeringkan gerabah modern, berupa tokoh-tokoh film kartun, seperti Spongebob, Patrick, juga kartun boneka termasuk asbak.
Menurut dia, proses pengeringan sekitar 200 gerabah modern mentah menjadi gerabah matang yang siap diwarnai dengan memanfaatkan open hanya membutuhkan tiga jam.
"Kalau dikeringkan dengan sinar matahari bisa sampai tiga hari. Kalau sedang mendung ya bisa lebih dari itu," tuturnya.
Oleh karena itu, baik menurut dia, juga Wahyu, adanya tambahan open akan mempercepat proses produksi gerabah modern karena semua perajin gerabah modern di desa setempat bisa memproses gerabah dengan open.
"Permintaan gerabah modern cukup banyak, sebab pengunjung berkisar 500-1.000 orang setiap libur akhir pekan," ucapnya.
Kepala Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Bojonegoro Muslich, sebelumnya, menyatakan belum tahu dana yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan objek wisata edukasi gerabah di atas tanah seluas 1 hektare di desanya.
"Sesuai rencana pengembangan lokasi wisata edukasi gerabah membutuhkan anggaran sekitar Rp12 miliar," jelas dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Perajin membutuhkan open, sebab di desa setempat baru ada tiga open yang dimanfaatkan sekitar 10 perajin," kata dia, di Bojonegoro, Selasa.
Padahal, menurut dia, di desa setempat dari 270 perajin gerabah sudah ada sekitar 80 perajin yang mulai mengembangkan gerabah modern berupa tokoh kartun.
"Kalau ada tambahan open maka permintaan pasar dengan cepat terpenuhi, karena semua perajin gerabah modern bisa memanfaatkan open untuk mengeringkan produksi gerabahnya," katanya menegaskan.
Apalagi, menurut dia, pihak Desa Rendeng, Kecamatan Malo, sedang mengembangkan daerah setempat sebagai lokasi wisata edukasi kerajinan gerabah.
"Saya juga bekerja sebagai biro travel wisata sering mengajak wisatawan domestik (wisdom) ke lokasi wisata edukasi gerabah Rendeng," paparnya.
Ketua Karang Taruna Satria Muda Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Bojonegoro Mas Taba, menjelaskan tiga unit open pengering itu, di antaranya dua open bantuan BNPB dan satu open pinjaman Dinas Perdagangan (Disperindag).
"Tiga unit open itu mulai dimanfaatkan perajin gerabah modern sejak Januari 2016," ucapnya.
Hanya saja, kata dia, tiga unit open itu hanya dimanfaatkan sekitar 10 perajin gerabah untuk mengeringkan gerabah modern, berupa tokoh-tokoh film kartun, seperti Spongebob, Patrick, juga kartun boneka termasuk asbak.
Menurut dia, proses pengeringan sekitar 200 gerabah modern mentah menjadi gerabah matang yang siap diwarnai dengan memanfaatkan open hanya membutuhkan tiga jam.
"Kalau dikeringkan dengan sinar matahari bisa sampai tiga hari. Kalau sedang mendung ya bisa lebih dari itu," tuturnya.
Oleh karena itu, baik menurut dia, juga Wahyu, adanya tambahan open akan mempercepat proses produksi gerabah modern karena semua perajin gerabah modern di desa setempat bisa memproses gerabah dengan open.
"Permintaan gerabah modern cukup banyak, sebab pengunjung berkisar 500-1.000 orang setiap libur akhir pekan," ucapnya.
Kepala Desa Rendeng, Kecamatan Malo, Bojonegoro Muslich, sebelumnya, menyatakan belum tahu dana yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan objek wisata edukasi gerabah di atas tanah seluas 1 hektare di desanya.
"Sesuai rencana pengembangan lokasi wisata edukasi gerabah membutuhkan anggaran sekitar Rp12 miliar," jelas dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017