Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur Bambang Sukadi menduga penurunan angka impor di wilayah setempat pada Februari 2017 hanya akan terjadi sementara, karena pengaruh kondisi global selama ini.
"Secara keseluruhan kinerja impor terbilang stabil. Karena tingkat ketergantungan terhadap bahan baku tinggi, sehingga tidak pernah mengalami penurunan signifikan," kata Bambang di Surabaya, Minggu.
Sebelumnya, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai impor wilayah setempat mengalami penurunan sebesar 7,84 persen, yakni dari 1.737,63 juta dolar AS pada Januari 2017 menjadi 1.601,38 juta dolar AS pada Februari 2017.
Bambang mengaku, Provinsi Jatim banyak mengimpor bahan baku untuk kebutuhan industri. Seperti bahan baku tekstil berupa kapas, sebab pada komoditas tertentu sampai saat ini belum ada pengganti di dalam negeri, sehingga alternatifnya mengimpor.
"Apalagi dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang stabil, sehingga tidak ada alasan bagi importir untuk mengurangi impor," katanya.
Bambang mengatakan tiga komoditas utama yang selalu diimpor oleh Jatim adalag mesin-mesin/pesawat mekanik, plastik dan barang dari plastik dan besi baja.
Sementara itu, Kepala BPS Jatim Teguh Pramono mengatakan.meski mengalami penurunan, negara penyuplai barang terbesar ke Jatim masih berasal dari Tiongkok dengan nilai 285,05 juta dolar AS, disusul Amerika Serikat senilai 103,78 juta dolar AS, kemudian Thailand senilai 64,76 juta dolar AS.
"Komoditas yang mendominasi impor selama bulan Februari 2017 adalah barang nonmigas seperti mesin-mesin/pesawat mekanik, diikuti plastik dan barang dari plastik, besi dan baja, serta komoditas gandum-ganduman," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017