Tulungagung (Antara Jatim) - Tim Inspektur Pangan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memeriksa sejumlah sampel cabai impor guna mengantisipasi kandungan bahan pengawet seperti jenis formalin maupun zat pewarna tekstil (rhodamin-B).
"Pemeriksaan kami lakukan secara berkala, terakhir sidak (inspeksi mendadak) kemarin. Namun hasilnya negatif," kata Kasi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan Tulungagung Masduki di Tulungagung, Sabtu.
Dua pasar tradisional yang dilakukan pemeriksaan dengan tim pengawasan pangan, kata Masduki, yakni Pasar Besar Wage dan Ngemplak yang semuanya berada di wilayah Kota Tulungagung.
Ia mengatakan, pemeriksaan secara acak juga mereka berlakukan ke sejumlah pasar tradisional di kecamatan-kecamatan, termasuk warung tradisional di kota maupun desa-desa.
"Tidak hanya cabai impor yang telah dikeringkan, beberapa jenis produk pangan lain seperti ikan asin, kerupuk dan lainnya juga kami lakukan pemeriksaan menggunakan perangkat 'rapid test' (tes cepat) yang dibawa ke lokasi," katanya.
Melalui pengujian rapid test itu, Masduki mengatakan petugas cabai impor dan ikan asin yang dijual di pasaran negatif kandungan formalin maupun rhodamin-B.
"Jadi dalam hal ini cabai impor aman ini untuk dikonsumsi," ucapnya.
Masduki menuturkan, pemeriksaan ini setelah adanya beberapa cabai impor yang masuk ke pasar pasca tingginya harga cabai lokal yang kian mahal.
Selain memeriksa pada pedagang kecil, pihaknya juga melakukan pemeriksaan hingga terhadap distributor cabai impor.
"Kami lakukan uji sample ini untuk mengetahui kandungan dari cabai impor tersebut apakah aman dikonsumsi atau tidak. Dan ternyata hasilnya negatif," katanya.
Salah satu pedagang cabai impor di Pasar Ngemplak bernama Bagiyo mengaku heran dengan pemeriksaan yang dilakukan petugas, karena menurut dia masuknya cabai impor tentu sudah melalui sistem kepabeanan dan balai karantinayang berwenang.
"Hla kalau tidak lolos kepabeanan saat masuk di pelabuhan, mana mungkin produk cabai impor ini sampai di pasaran. Saya sih yakin saja karena jualan cabai impor seperti ini sudah lama dan tidak ada masalah," kata Bagiyo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Pemeriksaan kami lakukan secara berkala, terakhir sidak (inspeksi mendadak) kemarin. Namun hasilnya negatif," kata Kasi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan Tulungagung Masduki di Tulungagung, Sabtu.
Dua pasar tradisional yang dilakukan pemeriksaan dengan tim pengawasan pangan, kata Masduki, yakni Pasar Besar Wage dan Ngemplak yang semuanya berada di wilayah Kota Tulungagung.
Ia mengatakan, pemeriksaan secara acak juga mereka berlakukan ke sejumlah pasar tradisional di kecamatan-kecamatan, termasuk warung tradisional di kota maupun desa-desa.
"Tidak hanya cabai impor yang telah dikeringkan, beberapa jenis produk pangan lain seperti ikan asin, kerupuk dan lainnya juga kami lakukan pemeriksaan menggunakan perangkat 'rapid test' (tes cepat) yang dibawa ke lokasi," katanya.
Melalui pengujian rapid test itu, Masduki mengatakan petugas cabai impor dan ikan asin yang dijual di pasaran negatif kandungan formalin maupun rhodamin-B.
"Jadi dalam hal ini cabai impor aman ini untuk dikonsumsi," ucapnya.
Masduki menuturkan, pemeriksaan ini setelah adanya beberapa cabai impor yang masuk ke pasar pasca tingginya harga cabai lokal yang kian mahal.
Selain memeriksa pada pedagang kecil, pihaknya juga melakukan pemeriksaan hingga terhadap distributor cabai impor.
"Kami lakukan uji sample ini untuk mengetahui kandungan dari cabai impor tersebut apakah aman dikonsumsi atau tidak. Dan ternyata hasilnya negatif," katanya.
Salah satu pedagang cabai impor di Pasar Ngemplak bernama Bagiyo mengaku heran dengan pemeriksaan yang dilakukan petugas, karena menurut dia masuknya cabai impor tentu sudah melalui sistem kepabeanan dan balai karantinayang berwenang.
"Hla kalau tidak lolos kepabeanan saat masuk di pelabuhan, mana mungkin produk cabai impor ini sampai di pasaran. Saya sih yakin saja karena jualan cabai impor seperti ini sudah lama dan tidak ada masalah," kata Bagiyo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017