Surabaya (Antara Jatim) - Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jawa Timur meminta para pengusaha di era digital ini lebih kreatif sebagai wujud menjawab tantangan zaman.

"Format dunia periklanan sedang berubah karena perkembangan teknologi dan diakui atau tidak, media sosial sangat berpengaruh menggerus kue periklanan," ujar Ketua P3I Jatim Haries Purwoko di sela Konferda P3I di Surabaya, Sabtu.

Pria yang terpilih secara aklamasi memimpin P3I periode 2016-2020 pada Konferda hari ini tersebut mencontohkan perusahaan taksi yang kinerjanya cukup bagus bisa hancur akibat munculnya aplikasi alat transportasi dalam jaringan (on-line).

Pengusaha yang juga wakil ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim itu mengakui bahwa pada 2016, perusahaan periklanan di Jatim mengalami masa sulit.

Jika biasanya Jatim mendapatkan kue periklanan dari pusat sekitar 10 persen, kata dia, maka tahun lalu hanya mencapai 3-4 persens sehingga banyak perusahaan yang kelihatnnya masih beroperasi tetapi tidak ada aktivitas pekerjaan akibat adanya perubahan perilaku pasar periklanan.

"Media sosial sudah menggerus 3 persen dari total kue periklanan yang ada dan mengami kenaikan sekitar 1,5 persen per tahun, padahal kuenya tidak bertambah. 

Dampak lainnya, dari total anggota P3I Jatim yang sebelumnya mencapai 85 perusahaan, pada 2016 yang aktif tidak lebih mencapai 40 perusahaan," ucapnya.

Pada kesempatan sama, Sekretaris Jenderal P3I pusat Adnan Iskandar membenarkan adanya perubahan perilaku di dunia periklanan.

Jika dahulu dalam periklanan dikenal konsep  AIDA (Attention, Interest, Desire dan Action), lanjut dia, saat ini tidak lagi karena konsumen yang ingin membeli produk akan lebih dahulu mencari tahu produk di internet.

"Setelah membeli, konsumen juga akan menuliskan pendapatnya di media sosial. Jika yang ditulis negatif maka akan langsung menghancurkan produk tersebut sehingga rekomendasi dari teman menjadi lebih penting dibanding iklan," katanya.

Oleh karena itu ia berharap ada perbaikan di komunikasi pemasara dan bekerja berdasarkan target pasar dari perusahaan pemasang iklan, serta menekankan apa yang menjadi keunikannya.

Melalui langkah tersebut ia berharap kinerja industri periklanan akan membaik karena pada kenyataannya belanja iklan tidak pernah mengalami penurunan dan selalu naik dikisaran 13 persen.

Ia memisalkan pada 2016, belanja iklan secara nasional mencapai Rp154 triliun atau naik 14-17 persen dibanding tahun sebelumnya, dan diperkirakan tahun ini mengalami kenaikan sekitar 10-11 persen.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf yang berkesempatan membuka Konferda P3I Jatim meminta perusahaan perikalanan kreatif dan inovatif terhadap produk yang akan dipasarkannya.

"Kreatif dan inovatif ini yang utama. Pemanfaatan teknologi juga harus dilakukan karena zaman sekarang semua beralih dengan digitalisasi," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017