Surabaya (Antara Jatim) - Duta Besar Kanada untuk Indonesia Peter MacArthur mengaku penasaran dengan pembuatan ikan asin beserta hasil laut yang diolah nelayan kawasan Pantai Kenjeran Surabaya.

"Ya, kami ingin tahu bagaimana membuat ikan ini? Berapa lama dikeringkan?," ujarnya di sela kunjungannya di perkampungan nelayan di kawasan Cumpat, Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak Surabaya, Jumat.

Selain itu,  Peter juga menanyakan apakah binatang jenis burung tidak mengganggu atau memakan ikan-ikan yang dikeringkan menggunakan papan-papan di halaman maupun pinggir jalan.

"Apa burung-burung di sekitar tidak mengganggu? Atau ada hewan lain yang memakan ikan-ikan dikeringkan ini?," ucapnya sembari mengangkat beberapa ikan yang dikeringkan.

Tak itu saja, duta besar yang resmi bertugas di Indonesia pada 2016 tersebut juga mengapresiasi nelayan setempat karena mampu mengolah kulit kerang atau hasil olahan laut lainnya menjadi kerajinan tangan.

"Oh ya? Ini bisa untuk kerajinan tangan?," katanya sembari membolak-balik kulit kerang besar di sebuah area pengeringan ikan.

Camat Bulak Suprayitno yang berkesempatan mendampingi Dubes Kanada bersama Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menceritakan bagaimana cara membuat ikan asin mulai didapat, kemudian diolah, dikeringkan hingga ikan siap dijual.

"Dikeringkannya dua jam di bawah terik sinar matahari. Tapi kalau cuaca seperti ini ya bisa sampai setengah hari," katanya.

Prayit, sapaan akrabnya, juga memperkenalkan berbagai macam jenis ikan yang dikeringkan, salah satunya "grago" yang digemari karena kecil-kecil dan lembut-lembut.

Pada kesempatan tersebut, ia juga menunjukkan kampung nelayan serta perahu-perahu yang bersandar di pantai, sembari sesekali memperkenalkan ke warga sekitar.

Kedatangan Dubes Kanada beserta rombongan ke kampung nelayan Cumpat dalam rangka dialog publik bertema "Membangun Ketangguhan Nelayan Menghadapi Dampak Perubahan Iklim di pendapa kantor Kelurahan Kedung Cowek Surabaya. (*)
Video oleh : Fiqih A

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017