Kediri (Antara Jatim) - Bagi suatu daerah, semakin banyaknya industri, salah satu indikator semakin majunya perdagangan di daerah itu. Namun, bagiamana jika adanya pertumbuhan industri itu, justru mengurangi sektor lainnya, terutama pertanian.

Bagi Wakil Bupati Nganjuk KH Abdul Wahid Badrus, lahan pertanian merupakan aset yang sangat bernilai. Kabupaten Nganjuk bahkan termasuk lumbung pangan nasional, sehingga lahan pertanian memang menjadi andalan utama daerah ini.

Ia mengaku prihatin dengan semakin berkurangnya lahan pertanian. Terlebih lagi, saat ini generasi muda seakan kurang tertarik untuk bertani. Misalnya, ketika orangtuanya mempunyai tanah dan sudah diwariskan, justru anak menjualnya dan digantikan dengan barang bergerak lain. Padahal, untuk tanah nilai asetnya justru semakin naik, dan bisa digunakan untuk bercocok tanam. 

Namun, ia mengakui, di kabupaten ini, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menanamkan investasinya, dengan mendirikan pabrik. UMK yang relatif lebih rendah ketimbang beberapa kota besar di Jatim, misalnya Surabaya dan Sidoarjo, serta dibangunnya jalan tol Solo-Ngawi yang direncanakan selesai Oktober 2017, turut memicu pertumbuhan sektor industri yang cukup signifikan.

Mengantisipasi semakin berkurangnya lahan pertanian subur di Kabupaten Nganjuk, Wabup mengatakan pemerintah telah membaut yang melarang pemanfaatan lahan subur untuk industri.

"Di Nganjuk ada aturan industri tidak boleh di lahan pertanian produktif. Izin juga tidak akan diberikan pada mereka yang membeli tanah di tanah produktif, terutama pertanian," ucapnya, menegaskan.

Ia juga mengatakan, ada beragam masalah dalam penerapan aturan ini. Salah satunya, pembeli sudah terlanjur membeli tanah di kawasan pertanian produktif, dan mengurus izin belakangan.

Namun, pria yang menjabat Wakil Bupati Nganjuk dua periode ini menegaskan, pemerintah tetap tidak akan memberikan izin. Hal itu sesuai dengan aturan yang ada. "Ini tidak bisa, aturannya tidak bisa," tegasnya. 

Di Kabupaten Nganjuk, luas lahan pertanian mencapai 100 ribu hektare. Selama 2016, dari lahan itu, mampu memroduksi gabah hingga 100 ribu ton, melebihi target yang hanya sekitar 90 ribu ton. Pada 2017 ini, target penyerapan gabah juga sama. 

Selain padi, Kabupaten Nganjuk juga terkenal dengan tanaman hortikultura, bawang merah. Namun, hujan yang terjadi sepanjang tahun membuat produksi bawang merah petani sempat tersendat. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017