Bojonegoro (Antara Jatim) - Camat Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, Machmudin mengatakan kebakaran kantin dan salah satu ruangan kelas di SMPN 1 Ngasem, di Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, sehari lalu tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar para siswa.
"Kegiatan belajar mengajar siswa kelas VII H yang menempati ruangan yang ikut terbakar dialihkan ke ruangan laboratorium," katanya di Bojonegoro, Senin.
Dalam kejadian kebakaran yang berawal dari kantin di sekolahan setempat, menurut dia, hanya menjalar di satu ruangan kelas VII H.
"Itupun ruang kelas yang terbakar hanya atapnya, karena setelah itu kebakaran bisa dipadamkan petugas pemadam kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," jelas dia.
Bahkan, lanjut dia, kebakaran di salah ruangan kelas hanya atapnya sehingga tidak merusak isi kelas seperti bangku juga buku-buku pelajaran.
"Atap ruangan kelas yang terbakar tidak sampai terjatuh membakar bangku juga benda-benda yang ada di ruangan," ucapnya menambahkan.
Ia mengaku tidak tahu pasti penyebab kebakaran di SMPN 1 Ngasem yang berawal dari kantin di sekolahan setempat.
"Saat ini masih diselidiki polisi. Kalau kemungkinan kebakaran disebabkan hubungan arus pendek listrik di kantin," ucapnya menambahkan.
Kasi Pemadaman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Sukirno menambahkan tidak ada korban jiwa dalam kejadian kebakaran di SMPN 1 Ngasem, Minggu (8/1) sekitar pukul 21.00 WIB.
"Kerugian diperkirakan mencapai Rp25 juta," ucapnya.
Menurut dia, kebakaran berawal dari kantin sekolahan setempat milik Isti (48) warga Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, yang kemudian menjalar ke sebuah ruangan sekolahan yang berdekatan dengan kantin.
Pemadaman kebakaran kantin di SMPN 1 Ngasem, lanjut dia, dilakukan dengan mengerahkan dua unit mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di BPBD Kecamatan Ngambon.
"Kebakaran bisa dipadamkan sekitar 1 jam," ucapnya menambahkan.
Sesuai data di BPBD setempat menyebutkan pada 2016 telah terjadi 48 kejadian kebakaran pemukiman warga, gudang, warung, juga lahan dengan kerugian mencapai Rp1,7 miliar.
Kejadian kebakaran tahun lalu itu turun dibandingkan 2015 dengan jumlah 113 kejadian kebakaran yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp17,1 miliar.
"Turunnya kejadian kebakaran lebih banyak dipengaruhi musim kemarau basah," katanya menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kegiatan belajar mengajar siswa kelas VII H yang menempati ruangan yang ikut terbakar dialihkan ke ruangan laboratorium," katanya di Bojonegoro, Senin.
Dalam kejadian kebakaran yang berawal dari kantin di sekolahan setempat, menurut dia, hanya menjalar di satu ruangan kelas VII H.
"Itupun ruang kelas yang terbakar hanya atapnya, karena setelah itu kebakaran bisa dipadamkan petugas pemadam kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," jelas dia.
Bahkan, lanjut dia, kebakaran di salah ruangan kelas hanya atapnya sehingga tidak merusak isi kelas seperti bangku juga buku-buku pelajaran.
"Atap ruangan kelas yang terbakar tidak sampai terjatuh membakar bangku juga benda-benda yang ada di ruangan," ucapnya menambahkan.
Ia mengaku tidak tahu pasti penyebab kebakaran di SMPN 1 Ngasem yang berawal dari kantin di sekolahan setempat.
"Saat ini masih diselidiki polisi. Kalau kemungkinan kebakaran disebabkan hubungan arus pendek listrik di kantin," ucapnya menambahkan.
Kasi Pemadaman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Sukirno menambahkan tidak ada korban jiwa dalam kejadian kebakaran di SMPN 1 Ngasem, Minggu (8/1) sekitar pukul 21.00 WIB.
"Kerugian diperkirakan mencapai Rp25 juta," ucapnya.
Menurut dia, kebakaran berawal dari kantin sekolahan setempat milik Isti (48) warga Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, yang kemudian menjalar ke sebuah ruangan sekolahan yang berdekatan dengan kantin.
Pemadaman kebakaran kantin di SMPN 1 Ngasem, lanjut dia, dilakukan dengan mengerahkan dua unit mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di BPBD Kecamatan Ngambon.
"Kebakaran bisa dipadamkan sekitar 1 jam," ucapnya menambahkan.
Sesuai data di BPBD setempat menyebutkan pada 2016 telah terjadi 48 kejadian kebakaran pemukiman warga, gudang, warung, juga lahan dengan kerugian mencapai Rp1,7 miliar.
Kejadian kebakaran tahun lalu itu turun dibandingkan 2015 dengan jumlah 113 kejadian kebakaran yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp17,1 miliar.
"Turunnya kejadian kebakaran lebih banyak dipengaruhi musim kemarau basah," katanya menegaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017