Kediri (Antara Jatim) - Wedang jahe. Siapa yang tidak kenal minuman dengan bahan utama jahe ini. Selain penghangat tubuh, minuman ini dikenal segudang manfaat kesehatan lainnya.

Wedang jahe memang sangat nikmat diminum saat cuaca dingin. Seketika, tubuh menjadi hangat. Tubuh pun juga langsung segar. Terlebih lagi, minum di kaki Gunung Merapi.

Ya, wedang jahe menjadi salah satu minuman favorit di kaki Gunung Merapi, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Minuman ini banyak disajikan di kawasan wisata Kaliadem. Warga setempat menamai minuman ini sebagai "Jahe merapi". 

"Ini minuman yang dibuat warga sekitar. Kalau diminum pas dingin, sangat tepat," kata Suraji, salah seorang penjual di tempat wisata itu.

Ia mengaku sudah lama berjualan di tempat tersebut. Jahe yang dijualnya dibuat sendiri, dengan komposisi jahe merah, jahe emprit, cengkih, sereh, kayu manis, pandan wangi. Selain itu, sebagai pewangi juga terdapat daun jeruk purut. Ramuan itu ditambah dengan garam, gula aren, gula putih sebagai pemanis, serta sejumlah rempah lainnya.

Suraji menyebut, setiap memasak ramuan "Jahe merapi" ini, biasanya dalam jumlah yang cukup banyak, sekitar 15 kilogram. Dengan komposisi yang tepat, seluruh bahan dimasak.

Proses memasak pun membutuhkan waktu lama, hingga sekitar lima jam. Seluruh bahan dimasukkan diaduk terus menerus, bahkan saat sudah berbentuk cairan kental pun diaduk terus hingga berbentuk gumpalan-gumpalan kecil.

"Kalau tidak diaduk terus, nanti jadi gumpalan besar. Kalau gumpalan kecil, lebih enak," ucapnya. 

Selain untuk sajian para pembeli, Suraji juga menyebut minuman itu juga sebagai oleh-oleh. Ia membuat dengan beragam kemasan dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk per gelasnya, "Jahe merapi" ini dijual sekitar Rp8 ribu tinggal minum di tempat.

Zainal, salah seorang pembeli mengatakan minuman ini memang sangat cocok dikonsumsi, terlebih lagi di kaki Gunung Merapi. Badan menjadi hangat dan tenaganya juga menjadi lebih cepat pulih, setelah menempuh perjalanan jauh naik mobil Jeep menuju puncak gunung ini.

"Minuman ini cocok dikonsumsi. Selain itu, juga bisa jadi oleh-oleh," kata pengunjung asal Kediri ini. 

Gunung merapi (2.930 mdpl) menjadi objek wisata baru. Gunung yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini merupakan gunung teraktif. Erupsi 2010 telah menyebabkan korban jiwa, harta dengan kerugian cukup besar.

Sisa erupsi 2010, hingga kini masih bisa ditemui di lereng gunung ini. Namun, bukannya menjadikan masyarakat takut, bekas erupsi itu ternyata mengundang minat masyarakat. Gunung Merapi saat ini menjadi destinasi wisata di Yogyakarta, yang sayang untuk diabaikan.

Mengendarai mobil Jeep, wisatawan bisa memanjakan mata berkeliling kaki Gunung Merapi. Beberapa lokasi wisata yang apik jadi tujuan, misalnya museum "Sisa Hartaku". Museum ini berisi benda dan foto kedahsyatan erupsi Gunung Merapi. 

Selanjutnya terdapat wisata Batu Alien, serta Kaliadem. Di tempat ini, jaraknya hanya sekitar beberapa meter dengan puncak Gunung Merapi. Bahkan, gunung bisa terlihat jelas.

Di bunker ini, informasinya digunakan sebagai tempat perlindungan warga saat zaman dulu dari guyuran lava Gunung Merapi. Namun, saat ini tempat itu tidak digunakan dan hanya menjadi objek wisata.

Namun, di tempat inilah justru pemandangan alam sangat indah. Wisatawan bisa puas melihat eloknya gunung serta bukit yang berada di sekelilingnya. 

Puas menikmati indahnya Gunung Merapi, pengunjung bisa menikmati serunya bermain air di Kali Kuning. Dengan tetap mengendarai mobil Jepp, pengunjung diajak berputar-putar di sungai itu. Sesekali, pengunjung terpaksa harus terkena cipratan air dari mobil lain, sehingga basah kuyub.

Kali kuning menjadi tujuan terakhir "Off road" ke Gunung Merapi ini. Basah pun tidak menjadi persoalan. Namun, tak perlu khawatir jika tak membawa ganti baju, sebab di lokasi rest area (yang satu kawasan dengan Museum Gunung Merapi), terdapat penjual baju. Jadi, jika ingin wisata menghabiskan liburan dengan keluarga, menikmati minuman jahe di kaki Gunung Merapi patut dicoba. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016