Menikmati menu masakan gudeg yang satu ini di tengah-tengah kawasan Malioboro, Yoyakarta, terasa istimewa bukan hanya karena rasanya yang nikmat, akan tetapi juga cita rasa penyajiannya.

Penyajian menu gudeg di Hotel Grand Zuri ini mengesankan amat sangat"Njawani" karena dilengkapi dengan berbagai aneka minuman khas Jawa, mulai beras kencur, temulawak, butrowali (paitan), kunir asem, wedang uwuh juga lainnya.

"Menu gudeg disini cukup diminati pengunjung hotel, tidak hanya wisatawan domestik (wisdom), tetapi juga wisatawan manca negara (wisman),"  kata Karyawan Hotel Grand Zuri Nurul Hidayati, dengan tersenyum.

Menurut dia, wisman yang menginap di hotel setempat terbukti menyukai menu gudeg karena setelah mencoba sekali kemudian mengulang lagi.

"Minuman yang paling disukai wisman dari berbagai negara untuk teman makan gudeg yaitu beras kencur," ucapnya, menambahkan.

Seperti juga dijelaskan Nurul bahwa menu gudeg yang dilengkapi dengan berbagai aneka minuman Jawa di hotel setempat sudah ada sejak lama.

Dari catatan Wikipedia  bahwa gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan.

Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan.

Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek. Ada berbagai varian gudeg, antara lain, gudeg kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang.
    
Gudeg basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer dan gudeg Solo  yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih.

Sajian kuliner gudeg, menurut Nurul, selalu tersedia terutama ketika makan pagi dan siang, termasuk pelengkapnya berbagai aneka minuman Jawa.

Tidak hanya menu gudeg di sebelahnya juga tersedia berbagai makanan Indonesia lainnya, seperti sayur asem, jangan bening, juga lainnya.

"Menu makanan Indonesia lainnya disajikan bergantian. Kalau gudeg selalu tersedia," ucapnya menegaskan.

Cara menyanyikan minuman Jawa sebagai pelengkap menu gudeg juga memanfaatkan tradisi asal muasal minuman Jawa yang ditempatkan di botol.

Ketika ada tamu yang meminta minuman beras kencur misalnya, maka karyawan hotel langsung mengambil botol beras kencur dan menjungkirkan sebelum kemudian dimasukkan ke dalam cangkir kecil.

Botol yang berisi minuman beras kencur atau minuman lainnya selalu dijungkir untuk "mengoplos" minuman karena bahan beras kencur biasanya mengendap di dasar botol.

Yang jelas, menurut Nurul, menu gudeg tidak sulit diperoleh di kawasan Yogyakarta, mulai di pedagang kaki lima, warung, dan restoran.

"Kalau umumnya menu gudeg di kaki lima atau warung di Yogyakarta rata-rata Rp15.000 per porsi sudah dilengkapi dengan minuman teh," jelas dia.

Mendengar penuturan Nurul Hidayati karyawan hotel yang mengenakan kebaya itu, Antara mencoba memesan gudeg lengkap dengan minuman beras kencur. Di menu sajian oseng-oseng gudeg yang biasanya secara umum rasanya manis ternyata juga dilengkapi dengan cabai rawit sehingga rasa pedas juga bisa muncul.

"Makan  di Yogyakarta lebih aman dengan gudeg, dibandingkan dengan menu makanan lainnya yang tersedia di hotel, sebab gudeg juga ada rasa sayur lodeh yang biasa saya makan di rumah," kata seorang warga asal Tuban Lukman Hakim yang memesan menu gudeg.

Seorang warga asal Purwakarta Totok Sugiarto,  juga mengaku paling menyukai menu gudeg yang langsung mencari gudeg yang cukup dikenal masyarakat yaitu Yu Djum."Kalau saya datang ke Yogyakarta sebelum makan gudeg saya belum puas kalau tidak langsung melihat dapur Yu Djum," tuturnya.

Bagi pengunjung di restoran Yu Djum bisa langsung makan gudeg di tempat, selain juga bisa membawa pulang paket menu gudeg yang harganya Rp100.000, Rp150.000 dan Rp200.000 per paket.

Tidak terlalu berlebihan Yogyakarta selalu menyimpan berbagai kenangan bagi siapa saja yang pernah berkunjung untuk berwisata atau menikmati berbagai aneka kuliner khas seperti gudeg yang sudah melegenda.

Tidak terlalu berlebihan kalau kemudian Kla Project mengabadikan khas budaya Yogyakarta dalam lagunya,

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja

Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera

....................(*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016