Surabaya (Antara Jatim) - Dubes Australia untuk Indonesia, Paul Grigson dan Mantan Menteri Luar Negeri Australia, Prof Stephen Smith, Senin memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Bertempat di Aula Kahuripan Kampus C Unair, Paul Grigson mengatakan kuliah umum bertema “Bilateral Relationship between Australia and Indonesia” merupakan bentuk kunjungan sekaligus sarana berbagi ilmu yang dilakukan Australia untuk dapat meningkatkan dan membangun hubungan baik antar-kedua negara.
"Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman akan hubungan Indonesia-Australia dan juga mengajak mahasiswa melanjutkan studi lanjut di Australia," katanya
Dalam kuliah umum tersebut, Paul Grigson memaparkan tentang Hubungan Australia dan Indonesia dalam hal Pariwisata dan Pendidikan. Di bidang parisiwata, wisata yang ditawarkan Indonesia membuat orang Australia sering datang ke negeri ini.
Menurutnya, wisata Indonesia tidak lagi soal Bali dan Lombok, tetapi banyak tempat yang lebih menarik lainnya, tetapi terkadang persoalan infrastruktur dan akses sering kali menjadi kendala.
”Orang Australia tidak hanya berwisata ke Bali dan Lombok, banyak tempat lain yang juga menarik. Misalnya di Riau, yang dalam waktu dekat akan ada bandara untuk mempermudah akses wisatawan kesana,” ujar Paul.
Di bidang pendidikan, lanjut Paul, dirinya mengajak mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi di negeri Kanguru tersebut. Dia mengatakan banyak keunggulan yang dapat didapat selama studi di Australia. Pertama, delapan kampus asal Australia masuk 50 besar kampus terbaik dunia, tentu saja kualitas keilmuan dan penelitiannya juga maju.
"Kedua, empat kota di Australia dinobatkan sebagai kota pelajar/mahasiswa. Persoalan mengenai kenyamanan dan lingkungan kota dan kampus menjadi faktor penting penunjang pendidikan," ujarnya.
Ketiga, biaya kuliah di Australia lebih murah dibandingan dengan kampus di Amerika Serikat maupun di Eropa.
“Kami menargetkan jumlah mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di Australia semakin meningkat, jumlah wisata juga akan kita tingkatkan pula, salah satunya melalui kemudahan mengurus dokumen visa.” tambahnya.
Sementara itu, Mantan Menlu Australia, Stephen Smith, menjelaskan hubungan Australia-Indonesia telah dibangun sejak lama, bahkan dahulu sejak masa penjajahan, kerja sama perdagangan telah dimulai.
Ia juga menjelaskan kerjasama pada level provinsi dan kota, misalnya, Provinsi Jawa Timur telah melakukan kerasama dengan Australia Barat, begitu juga Kota Surabaya dengan Perth.
“Untuk meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Australia itu perlu adanya hubungan yang baik antar negara, negara bagian hingga kota-kota kecil sekalipun, karena ini merupakan bagian peningkatan hubungan kedua negara,” kata Smith.
Sementara itu, di Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Paul Connett dan Froilan Grate pejuang zero waste asal Amerika Serikat dan pegiat zero waste asal Asia, memberikan kuliah umum dengan judul “Mengatasi Persoalan sampah Kota Surabaya dengan Strategi Circular Econo my dan Visi Zero Waste".
Dalam public speaking tersebut Prof Paul Connett akan bicara tentang konsep ekonomi melingkar (Circular Economy). Paradigma pengelolaan sampah, yang hanya menekankan aspek sanitasi dan pengolahan di hilir, harus diubah menjadi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan.
Menurutnya, pola-pola konsumsi dan produksi abad ke-21 harus disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya alam, penghematan energi serta menghindari bencana ekologis akibat perubahan iklim dan polusi bahan toksik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Bertempat di Aula Kahuripan Kampus C Unair, Paul Grigson mengatakan kuliah umum bertema “Bilateral Relationship between Australia and Indonesia” merupakan bentuk kunjungan sekaligus sarana berbagi ilmu yang dilakukan Australia untuk dapat meningkatkan dan membangun hubungan baik antar-kedua negara.
"Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman akan hubungan Indonesia-Australia dan juga mengajak mahasiswa melanjutkan studi lanjut di Australia," katanya
Dalam kuliah umum tersebut, Paul Grigson memaparkan tentang Hubungan Australia dan Indonesia dalam hal Pariwisata dan Pendidikan. Di bidang parisiwata, wisata yang ditawarkan Indonesia membuat orang Australia sering datang ke negeri ini.
Menurutnya, wisata Indonesia tidak lagi soal Bali dan Lombok, tetapi banyak tempat yang lebih menarik lainnya, tetapi terkadang persoalan infrastruktur dan akses sering kali menjadi kendala.
”Orang Australia tidak hanya berwisata ke Bali dan Lombok, banyak tempat lain yang juga menarik. Misalnya di Riau, yang dalam waktu dekat akan ada bandara untuk mempermudah akses wisatawan kesana,” ujar Paul.
Di bidang pendidikan, lanjut Paul, dirinya mengajak mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi di negeri Kanguru tersebut. Dia mengatakan banyak keunggulan yang dapat didapat selama studi di Australia. Pertama, delapan kampus asal Australia masuk 50 besar kampus terbaik dunia, tentu saja kualitas keilmuan dan penelitiannya juga maju.
"Kedua, empat kota di Australia dinobatkan sebagai kota pelajar/mahasiswa. Persoalan mengenai kenyamanan dan lingkungan kota dan kampus menjadi faktor penting penunjang pendidikan," ujarnya.
Ketiga, biaya kuliah di Australia lebih murah dibandingan dengan kampus di Amerika Serikat maupun di Eropa.
“Kami menargetkan jumlah mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di Australia semakin meningkat, jumlah wisata juga akan kita tingkatkan pula, salah satunya melalui kemudahan mengurus dokumen visa.” tambahnya.
Sementara itu, Mantan Menlu Australia, Stephen Smith, menjelaskan hubungan Australia-Indonesia telah dibangun sejak lama, bahkan dahulu sejak masa penjajahan, kerja sama perdagangan telah dimulai.
Ia juga menjelaskan kerjasama pada level provinsi dan kota, misalnya, Provinsi Jawa Timur telah melakukan kerasama dengan Australia Barat, begitu juga Kota Surabaya dengan Perth.
“Untuk meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Australia itu perlu adanya hubungan yang baik antar negara, negara bagian hingga kota-kota kecil sekalipun, karena ini merupakan bagian peningkatan hubungan kedua negara,” kata Smith.
Sementara itu, di Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Paul Connett dan Froilan Grate pejuang zero waste asal Amerika Serikat dan pegiat zero waste asal Asia, memberikan kuliah umum dengan judul “Mengatasi Persoalan sampah Kota Surabaya dengan Strategi Circular Econo my dan Visi Zero Waste".
Dalam public speaking tersebut Prof Paul Connett akan bicara tentang konsep ekonomi melingkar (Circular Economy). Paradigma pengelolaan sampah, yang hanya menekankan aspek sanitasi dan pengolahan di hilir, harus diubah menjadi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan.
Menurutnya, pola-pola konsumsi dan produksi abad ke-21 harus disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya alam, penghematan energi serta menghindari bencana ekologis akibat perubahan iklim dan polusi bahan toksik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016