Tulungagung (Antara Jatim) - Masyarakat adat di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Jumat menggelar ritual upacara adat jamasan pusaka tombak Kanjeng Kiai Upas yang merupakan peninggalan masa kerajaan Mataram Islam dan ditetapkan sebagai pusaka daerah.
    
Seperti halnya ritual jamasan sebelumnya yang digelar rutin tiap bulan Suro dalam sistem penanggalan Jawa pekan kedua hari Jumat, prosesi jamasan berlangsung sakral disertai tasyakuran sederhana bersama jajaran forum pimpinan daerah, pejabat dinas/lembaga serta tokoh tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
    
Acara dimulai dengan seremoni sambutan dari pihak keluarga Pringgokoesoeman dan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, dilanjutkan iring-iringan dayang pembawa air petirtan untuk prosesi siraman dan dikawal sepasukan prajurit kadipaten yang dikemas dalam seni tari reog kendang.
    
"Setelah menerima air kembang dari putri-putri berpakaian adat Jawa tadi acara dilanjutkan dengan prosesi jamasan atau siraman pusaka tombak Kanjeng Kiai Upas di belakang pendopo Kanjengan," kata Mufangat Notokusumo, ahli waris sekaligus juru bicara keluarga Pringgokoesoeman dikonfirmasi usai acara jamasan.
    
Acara yang berlangsung mulai pukul 08.30 WIB hingga 10.30 WIB itu berlangsung khidmat.
    
Jajaran pimpinan daerah mulai dari bupati, wabup, kapolres hingga ketua DPRD bersama-sama membopong tombak pusaka Kanjeng Kiai Upas yang memiliki panjang 3,25 meter dari ruang penyimpanan menuju lokasi jamasan yang ada di bagian belakang rumah kanjengan.
    
"Kami menghargai seremoni ini pada dasarnya adalah ritual yang digelar oleh keluarga Pringgokoesoeman beserta ahli warisnya. Namun karena pusaka Kanjeng Kiai Upas ini sudah menjadi pusaka daerah, kegiatan jamasan inipun sudah menjadi bagian dari hajat warga Tulungagung secara keseluruhan," kata Bupati Syahri Mulyo.
    
Ia memastikan, hajatan siraman atau jamasan pusaka Kanjeng Kiai Upas selanjutnya akan sepenuhnya digelar oleh daerah (pemkab) setelah tombak pusaka peninggalan Bupati Tulungagung pertama, Raden Mas Pringgokusumo yang melarikan diri Mataram semasa penjajahan Belanda pada pertengahan abad XVIII Masehi.
    
"Keluarga ahli waris sekitar dua bulan lalu sudah silaturahmi ke pendopo kabupaten dan menyampaikan niatnya untuk menyerahkan perawatan dan penyimpanan tombak pusaka Kanjeng Kiai Upas sebagai pusaka daerah," kata Syahri.
    
Kendati telah ada kesepahaman, namun ia mengaku belum bisa memastikan kapan proses pemindahan tombak pusaka milik Kerajaan Mataram Islam itu dilakukan karena menunggu penyiapan lokasi, waktu yang tepat serta hal-hal lain berkaitan dengan kepercayaan adat Jawa.
    
"Yang jelas jika pusaka ini sudah diserahkan ke daerah tentu ritual jamasan akan kami selenggarakan lebih meriah laiknya upacara adat jamasan di daerah-daerah lain," kata Syahri.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016