Banyuwangi (Antara Jatim) - Ribuan anak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mmemeriahkan Festival Mainan Anak Tradisional yang berlangsung di Taman Blambangan, Sabtu.
     
Ribuan anak di kabupaten pling timur di Pulau Jawa itu kembali memainkan aneka permainan tradisional yang saat ini mulai ditinggalkan.
     
Taman Blambangan berubah menjadi arena bermain yang penuh dengan keceriaan anak. Jerit dan pekik ribuan anak yang gembira memainkan permainan egrang maupun luapan kegembiraan saat berkejaran bermain jek-jekan menjadi pemandangan yang istimewa di taman kota. Ada juga yang bermain congklak, jedoran, tembak-tembakan dari bambu.
     
Salah satu peserta Festival Permainan Anak tradisional Abdul Gofar (11), siswa kelas 6 SDN 1 Srono, mengaku senang bisa ikut bermain di festival ini.
     
Dia ikut bermain gobak sodor bersama rekan satu sekolahnya melawan tim dari sekolah lain. "Seru sekali, biarpun panas tapi seneng bisa main di sini sama teman teman," ujarnya.
    
Pelajar lainnya, Arumaris Maulidia (9), kelas 4 SDN Penganjuran 4, juga terlihat asyik bermain congklak bersama temannya. Sang ibu Nurul Mahfudoh (47) yang ikut mendampingi mengaku senang anaknya mau bermain dakon tersebut. Sementara di rumah selalu bermain game di gadget.
     
"Biasanya kalau pulang sekolah langsung minta tabletnya. Mudah- mudahan setelah ini di rumah juga mau bermain seperti ini supaya mengurangi bermain game di tablet," ujar Nurul.
     
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan festival ini bukan sekadar ajang untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Namun lebih dari itu, dia ingin memberikan ruang dan halaman yang luas taman bermain bagi anak-anak Banyuwangi.
     
"Setidaknya ada satu hari dimana anak-anak bisa kembali pada permainan masa lalu. Lewat mainan tradisional yang cirinya banyak mengasah kreativitas dan dilakukan secara berkelompok ini, perkembangan otak kiri dan otak kanan anak-anak berusaha diseimbangkan," ujarnya.
     
Selain itu, permainan tradisional juga menumbuhkan kebersamaan dalam keluarga. Untuk membuat mainan tradisional ini, seperti egrang, dapat dipastikan membutuhkan bantuan orang tua atau saudara. Berbeda dengan game moderen, yang kata Anas, cukup dimainkan seorang diri.
     
"Membuat egrang, jedoran itu cukup susah lho, si anak pasti akan meminta tolong orang tuanya untuk bersama-sama mengerjakan. Ini akan menimbulkan dialog intim antara orang tua dan anak. Mereka bisa asyik beraktivitas bersama," katanya.
     
Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Banyuwangi Sulihtiyono menambahkan festival mainan anak ini diikuti tak kurang 20 ribu pelajar taman kanak-kanak hingga SMP se Banyuwangi. Aneka permainan anak dimainkan pada festival yang berlangsung setiap tahun ini, seperti egrang, sodor, engklek, lompat karet, congklak dan lainnya.
     
"Permainan ini ada yang dilombakan, misalnya egrang, tapi juga ada yang tidak. Intinya kami ingin mengajak semua anak untuk bermain bersama sama di even ini," kata Sulihtiyono. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016