Surabaya (Antara Jatim) – Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya menjadi pusat belajar dan tes bahasa Arab se Asia Tenggara seiring adanya Center Of Excellence in Teaching and Testing of Arabic (CETTA) di kampus tersebut.

Direktur CETTA, Dr Abdul Kadir Riyadi menjelaskan ada beberapa program yang dijalankan di antaranya pengajaran bahasa Arab modern, tes online kemampuan bahasa Arab, penerjemahan, dan kerjasama penelitian. Untuk pengajaran Bahasa Arab, menggunakan standar American Council of Foreign Language (ACTFL).

"Adapun tes Bahasa Arab juga sesuai dengan standar CEFR atau Common European Framework of Reference for Languanges: Learning, Teaching, Assesment," katanya di sela Seminar Internasional Bahasa Arab, ‘Ta’lim Lughah Al-Arabiyah; Tahtwirat wal Ibda’at di Ruang Theater Gedung Twin Tower Uinsa, Kamis.

Abdul menjelaskan Masyarakat Negara di Asia Tenggara akan melakukan tes bahasa Arab di UINSA. Hal itu disebabkan CETTA Adalah satu satunya tes bahasa Arab berstandar Internasional di Asia Tenggara.

"CETTA yang berpusat di Leipzig University Jerman ini sudah diakui tak kurang dari 170 negara di dunia," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementerian Agama (Kemenag) RI Amsal Bahtiar mengatakan untuk obtimalisasi pusat bahasa Arab itu, pihaknya siap membackup agar lebih memaksimalkan faslitas yang ada.

“Saya lihat ada 8 ruangan bahasa kalau tidak dipakai ya mubadzir, untuk itu Diktis menjalin kerjasama dengan pusat bahasa Arab Uinsa. ,” katanya.

Dari kerjasama itu, kata Amsal Diktis akan mensuplai peserta pembelajaran bahasa Arab. Dia menyebutkan, peserta tersebut terdiri dari para peraih beasiswa calon doctor dalam program 5.000 doktor di luar negeri terutama di Timur Tengah, maka harus belajar bahasa Arab terlebih dulu.

Kemudian yang kedua adalah para pengajar atau guru bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawihan dan Madrasah Aliyah harus kuliah disini untuk meningkatkan standar kompetensi yang tinggi.

“Kan sekarang ada UKG (Uji Kompetensi Guru). Guru guru kita komptensinya masih rendah, rata rata 5,5, standarnya itu 7 untuk guru basahasa Arab, masak guru bahasa Arab tidak bisa bahasa Arab kan itu wajib,” tambahnya.

Selanjutnya adalah para dosen yang mengajar Bahasa Arab harus hebat termasuk juga kometensi. Amsal mengatakan saat ini ada sekitar 1.000 dosen bahasa Arab. “Nah yang 1.000 ini kita traning untuk memiliki standar yang sama,” tegasnya. Kemudian yang keempat adalah masyarakat umum yang ingin belajar bahasa Arab.

Dia menjelaskan, masyarakat umum ini di antara adalah para tenaga kerja Indonesia professional yang bekerja di Timur Tengah. Rata rata mereka lebih pintar berbahasa Inggris namun bahasa Arabnya tidak. Seharusnya, mereka yang bekerja di Timur Tengah itu lebih menguasai bahasa Arab.

Dalam Seminar Internasional Bahasa Arab, ‘Ta’lim Lughah Al-Arabiyah; Tahtwirat wal Ibda’at di Ruang Theater Gedung Twin Tower Uinsa Prof Dr Eckehard Schulz  yang merupakan Director Of Oriental Institute Leipziq University, German memaparkan tentang tes bahasa Arab berbasis online.

Dengan adanya tes tersebut akan mempermudah para peserta untuk mendapatkan sertifikasi. Dari aplikasi itu juga para peserta akan bisa langsung mengetahui skor mereka. Namun tetap saja penilaiannya cukup professional.

“Ada beberapa jenis pertanyaan dalam tes, dan semua sudah bisa diketahui jawaban serta skor tes begitu selesai,” katanya.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016