Sebagai "backpacker" (orang yang hobi petualang), Vonny Wiyani bisa membandingkan karakter bangsa Indonesia dengan beberapa negara yang pernah disinggahi, seperti Singapura, Thailand, Malaysia, dan sebagainya.

"Orang Indonesia itu memang sulit untuk disiplin dan kadang saya malu sendiri kalau di luar negeri. Saya pernah melihat sendiri bagaimana orang Indonesia tidak bisa antre secara tertib," ucap Kepala Humas Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) itu.

Yang lebih memalukan lagi adalah ketika orang Indonesia yang ditegur itu justru memaki. "Saat itu ada antrean dan ada yang nyelonong, lalu ada petugas yang menegur dengan langsung menyebut, 'Kamu Indon ya' (sebutan orang Indonesia di Malaysia)," ujarnya.

Tuduhan itu langsung membuatnya malu, karena dirinya juga merasa sebagai orang Indonesia, namun dirinya terbukti bisa antre dengan tertib. "Yang memalukan lagi adalah jawaban orang yang ditegur itu yang justru memaki 'Ya, kamu mau apa'," katanya.

Melihat hal itu didepan orang banyak, Vonny pun merasa malu sebagai orang Indonesia. "Saat itu, rasanya saya malu bukan main, karena kita sudah salah, lalu diingatkan, tapi justru memaki," tuturnya di sela workshop penulisan artikel di kampus setempat, 16 September 2016.

Kendati begitu, ia mengaku hal itu mungkin saja akibat pendidikan orang Indonesia yang rendah, bahkan data terakhir menunjukkan orang Indonesia yang berpendidikan tidak sampai 30 persen dari 200 juta lebih orang, apalagi mereka yang kuliah pun tidak sampai 6 persen.

Oleh karena itu, ia memanfaatkan posisinya sebagai orang nomer satu di Humas UKWMS untuk menonjolkan "sisi positif" Indonesia kepada dunia melalui tulisan tentang prestasi mahasiswa dan dosen setempat. Caranya, ia pun mendidik sejumlah mahasiswa pada setiap fakultas untuk bisa menulis, bahkan hasilnya pun bila diunggah ke media sosial.

"Bagaimanapun, saya tetap bangga menjadi orang yang lahir di Indonesia, karena hanya di Indonesia-lah saya merasa menjadi manusia. Kalau di negara lain, kalau ada orang asing selalu tidak dipedulikan," kilahnya.

Sebagai petualang, ia mengalami sendiri sakitnya bila sering tidak dipedulikan orang saat berada di luar Indonesia. "Kalau berpapasan dengan orang, saya sering tidak diperhatikan. Kalau mau bertanya pun, mereka langsung melengos pergi, sepertinya saya patut dicurigai," paparnya.

Hal itu sangat berbeda jauh dengan orang Indonesia. "Di sini, saya sering sangat diperhatikan, bahkan saya sering belum bertanya sudah ditanya, mau kemana. Kalau saya minta bantuan pun mereka mau dengan tanpa curiga," tuturnya.

Baginya, perilaku orang Indonesia yang "memanusiakan" itu sangat membuatnya bangga menjadi orang yang terlahir di Indonesia. "Sambutan orang Indonesia yang sering dibarengi dengan senyum yang tulus juga membanggakan. Di sini, tidak ada yang stres, karena semuanya peduli, suka senyum, dan sangat ramah," timpalnya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016