Surabaya,  (Antara Jatim) - Produksi garam di wilayah Jawa Timur pada tahun 2016 diperkirakan turun 30 persen, akibat cuaca yang tidak mendukung yakni seringnya turun hujan di pusat pertanian garam seperti di Madura, Lamongan, Tuban dan Probolinggo.

Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jatim Mohammad Hasan, di Surabaya, Selasa mengatakan pada tahun 2015 produksi garam di seluruh Jatim mencapai 1,157 juta ton, sedangkan hingga akhir 2016 diperkirakan turun 30 persen atau hanya sekitar 700 ribu ton.

"Tetapi apabila sampai dua tiga bulan ke depan cuacanya normal, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap produksi garam karena hanya mengalami pergeseran musim," kata Hasan.

Ia mengatakan, pada saat ini sejumlah petani garam di Jatim sudah mulai menggarap tambaknya, dan pada Agustus 2016 tercatat produksinya sudah mencapai 60.000 ton.

"Secara umum di 11 kabupaten kota di Jatim sudah mulai berproduksi. Awal September kemarin juga sudah mulai panen. Dan sampai sekarang panen sudah mencapai dua hingga tiga kali dengan estimasi produksi per hektar sekitar 7 ton," tuturnya.
 
Menurut Hasan, kendala tahun ini untuk produksi garam hampir merata, yakni masalah cuaca, dan untuk menyiasatinya para petani garam tidak menunggu masa produksi garam hingga 10 hari, karena jika cuaca mendung garam langsung dipanen walau usianya masih lima hari.

"Kalau biasanya, usia garam sampai panen mencapai 10 hari hingga 12 hari, maka kali ini tidak. Sekarang petani melihat cuaca, kalau cuaca bagus tujuh hari sudah dipanen, tetapi kalau mendung, walaupun usianya masih lima hari ya langsung dipanen," ujarnya.

Hasan mengaku, pola tersebut tidak mempengaruhi kualitas garam yang dihasilkan, sebab seluruh area tambak garam di Jatim yang mencapai 11.350 hektar sudah mengunakan teknologi geomembran dan geoisolator, yakni pemberian semacam plastik agar tidak tembus cairan saat hujan.
     
Sementara itu, terkait penyerapan garam petani oleh industri, Hasan mengaku masih sangat minim, karena belum adanya kecocokan harga antara industri dan petani. 

"Para petani enggan melepas dengan harapan harga yang didapatkan tinggi. Selain itu, kecilnya penyerapan ini juga dipengaruhi oleh masuknya garam impor ke wilayah Jatim," katanya.
     
Hasan berharap, pemerintah mendukung penyerapan garam dengan tidak melakukan impor garam, sebab secara kualitas garam di beberapa daerah Indonesia tidak kalah.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016