Bojonegoro (Antara Jatim) - Perajin mebel di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mulai kesulitan memperoleh bahan kayu jati kualitas A, namun kayu jati kualitas di bawahnya masih tersedia lebih dari cukup.
Direktur UD Sadam Art di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro M. Guntur, Jumat, mengatakan, perajin mebel di desa setempat yang kesulitan memperoleh kayu jati kualitas A sejak lima tahun lalu tidak hanya dirinya.
Tapi, lanjut dia, juga dialami sejumlah perajin lainnya di desa setempat yang dikenal sebagai sentra penghasil mebel itu.
"Kualitas B dan C di Bojonegoro masih banyak, bahkan Perhutani memberikan potongan 30 persen," ucapnya.
Ia menyebutkan bisa memperoleh kayu jati kualitas A di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo, Tuban.
"Tapi di kawasan hutan jati Bojonegoro, Padangan, juga Blora, Jawa Tengah, sudah sulit memperoleh kayu jati kualitas A," jelas dia.
Meski demikian, menurut dia, pemesan mebel kualitas A jumlahnya tidak banyak, karena harganya jauh lebih mahal dibandingkan kayu jati kualitas di bawahnya.
Ia membandingkan sebuah almari dua pintu dengan bahan kayu jati kualitas A harganya Rp12 juta, sedangkan kualitas B Rp8 juta dan C Rp6 juta.
"Pemesan mebel dengan bahan kayu jati kualitas A hanya orang-orang tertentu termasuk pembeli luar negeri," tandasnya.
Ia juga menambahkan minat pembeli mebel baik dalam negeri maupun luar negeri melemah sejak dua tahun terakhir. Pembeli mebel dari luar negeri di tempatnya antara lain, ke India, Malaysia, dan Brunai, juga bisa mencapai satu kontainer per bulannya.
"Kalau sekarang menurun tidak sampai satu kontainer per bulan. Penyebabnya saya kurang tahu pasti," ujarnya.
Ketua Koperasi Kerajinan Kriya Makmur (Koyama) Desa Sukorejo Mamik Slamet, menambahkan perajin mebel yang menjadi anggota Koyama sebanyak 86 perajin, sebagian masih membeli bahan mebel setengah jadi dari Jepara, Jawa Tengah.
"Kalau mebel setengah jadi asal Jepara kualitas bahan kayu jatinya bukan A," tandasnya.
Petugas di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengergajian Kayu Disperindag Bojonegoro Gufron, menjelaskan sejumlah perajin di desa setempat yang menggergajikan kayu jati tidak ada yang kesulitan memperoleh kayu jati.
"Tapi kayu jatinya kualitas biasa yang mudah diperoleh di Bojonegoro," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Direktur UD Sadam Art di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro M. Guntur, Jumat, mengatakan, perajin mebel di desa setempat yang kesulitan memperoleh kayu jati kualitas A sejak lima tahun lalu tidak hanya dirinya.
Tapi, lanjut dia, juga dialami sejumlah perajin lainnya di desa setempat yang dikenal sebagai sentra penghasil mebel itu.
"Kualitas B dan C di Bojonegoro masih banyak, bahkan Perhutani memberikan potongan 30 persen," ucapnya.
Ia menyebutkan bisa memperoleh kayu jati kualitas A di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo, Tuban.
"Tapi di kawasan hutan jati Bojonegoro, Padangan, juga Blora, Jawa Tengah, sudah sulit memperoleh kayu jati kualitas A," jelas dia.
Meski demikian, menurut dia, pemesan mebel kualitas A jumlahnya tidak banyak, karena harganya jauh lebih mahal dibandingkan kayu jati kualitas di bawahnya.
Ia membandingkan sebuah almari dua pintu dengan bahan kayu jati kualitas A harganya Rp12 juta, sedangkan kualitas B Rp8 juta dan C Rp6 juta.
"Pemesan mebel dengan bahan kayu jati kualitas A hanya orang-orang tertentu termasuk pembeli luar negeri," tandasnya.
Ia juga menambahkan minat pembeli mebel baik dalam negeri maupun luar negeri melemah sejak dua tahun terakhir. Pembeli mebel dari luar negeri di tempatnya antara lain, ke India, Malaysia, dan Brunai, juga bisa mencapai satu kontainer per bulannya.
"Kalau sekarang menurun tidak sampai satu kontainer per bulan. Penyebabnya saya kurang tahu pasti," ujarnya.
Ketua Koperasi Kerajinan Kriya Makmur (Koyama) Desa Sukorejo Mamik Slamet, menambahkan perajin mebel yang menjadi anggota Koyama sebanyak 86 perajin, sebagian masih membeli bahan mebel setengah jadi dari Jepara, Jawa Tengah.
"Kalau mebel setengah jadi asal Jepara kualitas bahan kayu jatinya bukan A," tandasnya.
Petugas di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengergajian Kayu Disperindag Bojonegoro Gufron, menjelaskan sejumlah perajin di desa setempat yang menggergajikan kayu jati tidak ada yang kesulitan memperoleh kayu jati.
"Tapi kayu jatinya kualitas biasa yang mudah diperoleh di Bojonegoro," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016