Lagos,  (Antara/Reuters) - Hampir setengah juta anak-anak di sekitar danau Chad terancam kelaparan parah akibat kekeringan dan gelombang kekerasan Boko Haram di Nigeria timurlaut, kata badan anak-anak PBB (UNICEF) pada Kamis.

Dari 475.000 anak-anak terancam itu, 49.000 di antaranya berada di negara bagian Borno, kubu Boko Haram. Anak-anak di negara bagian itu akan mati tahun ini jika tidak memperoleh bantuan, kata UNICEF, yang meminta bantuan 308 juta dolar AS untuk menangani kemelut tersebut.

Hingga kini, UNICEF baru memperoleh dana sekitar 41 juta dolar AS atau hanya 13 persen dari yang mereka butuhkan untuk membantu anak-anak terdampak kekeringan dan perang di empat negara, Chad, Nigeria, Niger, dan Kameron, yang semua berbatasan dengan danau Chad.

Pada awal 2015, Boko Haram menguasai wilayah seluas provinsi Jawa Tengah. Namun, dalam 18 bulan belakangan, mereka semakin terdesak oleh serangan militer dari empat negara itu.

Sebagian besar sisa-sisa pasukan Boko Haram saat ini bersembunyi di hutan Sambisa, wilayah tenggara ibu kota negara bagian Borno, Maiduguri.

UNICEF mengatakan bahwa setelah pasukan pemerintah Nigeria merebut kembali wilayah dari tangan Boko Haram, sejumlah organisasi humaniter mulai menyelidiki besarnya skala bencana kemanusiaan yang ditimbulkan oleh konflik tersebut.

"Kota dan desa hancur sementara masyarakat tidak mempunyai akses terhadap layanan dasar," kata UNICEF dalam laporan.

Di Borno, hampir sepertiga dari jumlah keseluruhan rumah sakit dan klinik telah hancur. Sementara itu tiga perempat fasilitas sanitasi dan air perlu untuk diperbaiki.

Meski pihak militer pemerintah sudah hampir menang, UNICEF mengatakan bahwa 2,2 juta orang masih terjebak di sejumlah wilayah di bawah kekuasaan Boko Haram--kelompok yang ingin mendirikan negara Islam di kawasan selatan Sahara. Sebagian di antara orang-orang yang terjebak itu terpaksa melarikan diri dari rumah dan tinggal di tenda.

Boko Haram diperkirakan telah membunuh setidaknya 15.000 orang sejak mulai mengangkat senjata pada 2009 lalu.

Di tengah keadaan semakin terdesak, kelompok itu sering melakukan serangan bom bunuh diri. Beberapa pelaku diduga masih anak-anak.

UNICEF mencatat 38 serangan bom bunuh diri dengan pelaku anak-anak pada tahun ini. Pada tahun lalu, kejadian sama berjumlah 44, sementara pada 2014 hanya empat. (*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016