Pasuruan (Antara Jatim) - Keluarga jamaah calon haji asal Indonesia yang menjadi korban penipuan pemberangkatan lewat Filipina mengakui sempat ada manasik haji yang dilakukan di Filipina selama 10 hari pada Mei 2016.

"Adik saya dan suaminya berangkat ke Filipina untuk manasik haji pada Mei lalu," ujar kakak kandung salah seorang calhaj, Masduki Zakaria, ketika ditemui di Balai Desa Bulu Kandang, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Kamis.

Ia mengaku kaget karena manasik haji dilakukan tidak di daerahnya sehingga sempat menimbulkan kecurigaan.

"Saya bingung dan sudah memberitahu adik, kenapa manasik haji saja kok di Filipina? Padahal seharusnya di Pasuruan saja cukup seperti calon haji pada umumnya," ucap pria yang sehari-hari bekerja sebagai mekanik bengkel tersebut.

Ia bercerita, adiknya Maslikhah dan suaminya Joni Faruk Matari, sebenarnya mendaftar haji reguler pada 2014 dan dijanjikan berangkat pada 2015.

Namun, beberapa hari menjelang pemberangkatan ada pemberitahuan tidak bisa berangkat karena berbagai alasan hingga akhirnya terjadi kesepakatan mengikuti haji plus, tapi menambah sejumlah biaya.

"Janjinya berangkat tahun ini, tapi minta tambahan biaya. Karena memang ingin segera berangkat maka kami setuju. Total uang yang kami bayar Rp150 juta per orang," katanya.

Kemudian pada 16 Agustus 2016, adiknya beserta rombongan lain berangkat ke Bandara Juanda, dan masih sekali bisa berkomunikasi langsung sesaat sebelum ke Surabaya.

"Tapi kemudian semua teleponnya tidak bisa dihubungi, sampai ada informasi kalau gagal berangkat karena bermasalah di Filipina," katanya.

Hal senada disampaikan Saiful Anam, anak kandung salah seorang korban lainnya, Sumiati Katiran, yang mengaku membayar Rp150 juta ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Arafah karena dijanjikan berangkat tahun ini.

"Saya dan saudara mengumpulkan uang untuk ibu agar bisa berangkat tahun ini, dan berangkat melalui KBIH Arafah. Saya juga bingung mengapa manasik haji kok di Filipina?," katanya.

Karena sudah terlanjur terjadi, kata dia, ia mengaku tak bisa berbuat banyak dan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah terkait kepulangan ibunya yang sekarang masih tertahan di Filipina.

Pada kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyampaikan dengan biaya yang dikeluarkan mencapai Rp150 juta, seharusnya para calon haji bisa berangkat melalui jalur haji khusus yang disediakan travel perjalanan haji.

"Haji khusus ada dan legal bisa berangkat dua tahun, lokasinya di Surabaya. Apalagi ini bayarnya mahal malah ditangkap imigrasi," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Berdasarkan data diterima, dari 177 calon haji Indonesia yang bermasalah di Filipina, terdapat 14 calon haji asal Jatim yang gagal berangkat, masing-masing 12 asal Pasuruan dan dua orang lainnya asal Sidoarjo.

Rinciannya, asal Pasuruan yaitu Nurul Mahmudah (Pandaan), Sumiati Katiran Ali, Joni Faruk Matari, Maslikhah Mustakim Rakhmad, Sumiati Juari Samawi (Prigen), Satruki Sakiman Sulaiman, Urifah Wakidin Rasito, Satruki, Uripah (Rembang), Yono Noto Sumo, Kasudatin Delan Karjani, Nuriyah Wiji Seno (Purwosari).

Sedangkan, dua orang lainnya asal Sidoarjo adalah Atmaji Sutrisno Sulaiman dan Sukanti Supandi Atmaji.(*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016