Tulungagung (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memperkenalkan teknologi elektrik pada peralatan canting dan tungku pemanas bahan baku kerajinan batik tulis saat menggelar pelatihan kerajinan batik tulis di kampung batik Desa Bolorejo, Selasa.
"Modernisasi peralatan membatik ini hanya terobosan sekaligus alternatif guna memudahkan perajin dalam melakukan aktivitasnya (membatik)," kata Kabid Logam dan Aneka Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tulungagung Hasan Bisri di Tulungagung.
Kegiatan yang diikuti sekitar 30 perajin batik tulis di lingkungan Desa Bolorejo dan sekitarnya.
Acara dimulai dengan sosialisasi dan pemberian materi teknik membatik serta strategi pembinaan regenerasi batik tulis khas Tulungagung, dilanjutkan praktik atau simulasi membatik menggunakan teknologi pemanas listrik atau elektrik.
"Kenapa perlu modifikasi alat membatik tulis seperti ini salah satu tujuannya ya supaya mudah digunakan oleh perajin, terutama generasi muda," katanya.
Hasan menjelaskan ada dua alat batik tulis yang mendapat sentuhan modifikasi, yakni canting elektrik untuk membuat lukisan batik serta kompor pemanas listrik untuk memasak malam, bahan baku sejenis tinta yang digunakan membatik.
Menurut Hasan, dengan penerapan teknologi pemanas listrik pada kedua alat itu membuat proses pembuatan batik tulis lebih simpel karena sudah tidak perlu menggunakan kompor arang ataupun yang menggunakan bahan bakar gas elpiji.
"Perajin juga bisa mengukur suhu pemanas, mematikan dan menghidupkan lagi sesuai kebutuhan saat membatik," ujarnya.
Ia berharap pendekatan modernisasi alat membatik pada komunitas batik tulis mampu mendorong tumbuhnya regenerasi perajin batik tulis di Tulungagung.
Sebab, kata Hasan, selama ini industri batik tradisional di Tulungagung yang memiliki ciri khas pola "barong gung" cenderung mengalami krisis regenerasi karena hanya didominasi kaum tua yang jumlahnya terus menurun dari tahun ke tahun.
Ia memastikan pelatihan batik tulis dan pengenalan teknologi baru tersebut akan terus dilakukan secara berkala di komunitas-komunitas batik tulis di wilayah tersebut secara berkelanjutan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Modernisasi peralatan membatik ini hanya terobosan sekaligus alternatif guna memudahkan perajin dalam melakukan aktivitasnya (membatik)," kata Kabid Logam dan Aneka Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tulungagung Hasan Bisri di Tulungagung.
Kegiatan yang diikuti sekitar 30 perajin batik tulis di lingkungan Desa Bolorejo dan sekitarnya.
Acara dimulai dengan sosialisasi dan pemberian materi teknik membatik serta strategi pembinaan regenerasi batik tulis khas Tulungagung, dilanjutkan praktik atau simulasi membatik menggunakan teknologi pemanas listrik atau elektrik.
"Kenapa perlu modifikasi alat membatik tulis seperti ini salah satu tujuannya ya supaya mudah digunakan oleh perajin, terutama generasi muda," katanya.
Hasan menjelaskan ada dua alat batik tulis yang mendapat sentuhan modifikasi, yakni canting elektrik untuk membuat lukisan batik serta kompor pemanas listrik untuk memasak malam, bahan baku sejenis tinta yang digunakan membatik.
Menurut Hasan, dengan penerapan teknologi pemanas listrik pada kedua alat itu membuat proses pembuatan batik tulis lebih simpel karena sudah tidak perlu menggunakan kompor arang ataupun yang menggunakan bahan bakar gas elpiji.
"Perajin juga bisa mengukur suhu pemanas, mematikan dan menghidupkan lagi sesuai kebutuhan saat membatik," ujarnya.
Ia berharap pendekatan modernisasi alat membatik pada komunitas batik tulis mampu mendorong tumbuhnya regenerasi perajin batik tulis di Tulungagung.
Sebab, kata Hasan, selama ini industri batik tradisional di Tulungagung yang memiliki ciri khas pola "barong gung" cenderung mengalami krisis regenerasi karena hanya didominasi kaum tua yang jumlahnya terus menurun dari tahun ke tahun.
Ia memastikan pelatihan batik tulis dan pengenalan teknologi baru tersebut akan terus dilakukan secara berkala di komunitas-komunitas batik tulis di wilayah tersebut secara berkelanjutan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016