Jakarta (Antara) - KBRI Damaskus menerima kedatangan sembilan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Kota Aleppo, Senin (18/7) setelah selesai diperjuangkan hak-haknya oleh pengacara retainer dan petugas konsuler KBRI Damaskus Cabang Aleppo.
"Kami menempuh 10 jam perjalanan dari Aleppo ke Damaskus. Jalanan rusak parah dan memutar jauh menghindari wilayah bahaya," ujar Muhammad Akra, pengacara retainer KBRI Damaskus, yang mendampingi perjalanan para TKI itu, sebagaimana disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan di Suriah saat ini sedang musim panas, yakni sekitar 40 derajat celcius.
"Itu pun kami diizinkan lewat oleh check point militer Suriah tanpa harus membuka semua koper-koper bawaan. Kalau harus membuka semua koper, bisa dua hari perjalanan belum tiba di Damaskus," ujar Akra dengan menceritakan adanya puluhan check point dari Aleppo-Damaskus yang dijaga super ketat oleh militer Suriah.
Pengacara asal Aleppo juga menceritakan Kota Aleppo yang seminggu terakhir babak belur dihujani mortir oleh pemberontak sehingga air dan listrik menjadi barang langka.
"Alhamdulillah akhirnya saya dan teman-teman sampai dengan selamat di Damaskus," tutur Enday bt Tarwan, salah satu TKI Aleppo, yang telah enam tahun terjebak di wilayah konflik Aleppo.
"Saya kira tadinya kita tidak akan selamat tiba di Damaskus," ujar Sema bt Kusan Sunip, TKI yang bekerja lima tahun di Aleppo dengan membawa seluruh hak-haknya.
Ia menceritakan bahwa selama di perjalanan mencekam sekali sehingga semua orang ketakutan.
Aleppo dikenal sebagai kota kedua terbesar di Suriah setelah Ibu Kota Damaskus yang kini hancur lebur akibat konflik. Pemerintah hanya menguasai sekitar 25 persen Kota Aleppo. Sebelum konflik, puluhan perwakilan asing membuka kantor di Aleppo. Kini hanya KBRI Damaskus, satu-satunya kedutaan yang masih membuka kantor cabang konsulernya di wilayah konflik Aleppo.
"Kita jelas masih punya kepentingan perlindungan WNI di wilayah Aleppo," ujar AM. Sidqi, Pejabat Konsuler KBRI Damaskus.
Menurut dia, kini masih banyak TKI yang terjebak di wilayah konflik Aleppo. KBRI Damaskus masih terus berjuang untuk bisa memulangkan seluruh WNI dari Suriah ini.
Sejak tahun 2012, KBRI Damaskus telah merepatriasi 12.430 WNI dari Suriah yang sebagian besar TKI dalam 276 gelombang.
Pengiriman TKI ke Suriah sudah disetop sejak 2011 dan ke seluruh Timur Tengah sejak 2015. Namun, di tengah gelombang pengungsi rakyat Suriah ke luar negeri, ternyata masih marak praktik perdagangan manusia ke Suriah berkedok pengiriman TKI.
"Perempuan Indonesia masih diperjualbelikan ke Suriah sebagai pembantu rumah tangga di tengah konflik. Menyedihkan," ujar Sidqi.
Menurut dia, masalahnya berada di Tanah Airnya. "Jika serius menutup pengiriman, kami di Suriah tidak akan kewalahan seperti ini," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Kami menempuh 10 jam perjalanan dari Aleppo ke Damaskus. Jalanan rusak parah dan memutar jauh menghindari wilayah bahaya," ujar Muhammad Akra, pengacara retainer KBRI Damaskus, yang mendampingi perjalanan para TKI itu, sebagaimana disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan di Suriah saat ini sedang musim panas, yakni sekitar 40 derajat celcius.
"Itu pun kami diizinkan lewat oleh check point militer Suriah tanpa harus membuka semua koper-koper bawaan. Kalau harus membuka semua koper, bisa dua hari perjalanan belum tiba di Damaskus," ujar Akra dengan menceritakan adanya puluhan check point dari Aleppo-Damaskus yang dijaga super ketat oleh militer Suriah.
Pengacara asal Aleppo juga menceritakan Kota Aleppo yang seminggu terakhir babak belur dihujani mortir oleh pemberontak sehingga air dan listrik menjadi barang langka.
"Alhamdulillah akhirnya saya dan teman-teman sampai dengan selamat di Damaskus," tutur Enday bt Tarwan, salah satu TKI Aleppo, yang telah enam tahun terjebak di wilayah konflik Aleppo.
"Saya kira tadinya kita tidak akan selamat tiba di Damaskus," ujar Sema bt Kusan Sunip, TKI yang bekerja lima tahun di Aleppo dengan membawa seluruh hak-haknya.
Ia menceritakan bahwa selama di perjalanan mencekam sekali sehingga semua orang ketakutan.
Aleppo dikenal sebagai kota kedua terbesar di Suriah setelah Ibu Kota Damaskus yang kini hancur lebur akibat konflik. Pemerintah hanya menguasai sekitar 25 persen Kota Aleppo. Sebelum konflik, puluhan perwakilan asing membuka kantor di Aleppo. Kini hanya KBRI Damaskus, satu-satunya kedutaan yang masih membuka kantor cabang konsulernya di wilayah konflik Aleppo.
"Kita jelas masih punya kepentingan perlindungan WNI di wilayah Aleppo," ujar AM. Sidqi, Pejabat Konsuler KBRI Damaskus.
Menurut dia, kini masih banyak TKI yang terjebak di wilayah konflik Aleppo. KBRI Damaskus masih terus berjuang untuk bisa memulangkan seluruh WNI dari Suriah ini.
Sejak tahun 2012, KBRI Damaskus telah merepatriasi 12.430 WNI dari Suriah yang sebagian besar TKI dalam 276 gelombang.
Pengiriman TKI ke Suriah sudah disetop sejak 2011 dan ke seluruh Timur Tengah sejak 2015. Namun, di tengah gelombang pengungsi rakyat Suriah ke luar negeri, ternyata masih marak praktik perdagangan manusia ke Suriah berkedok pengiriman TKI.
"Perempuan Indonesia masih diperjualbelikan ke Suriah sebagai pembantu rumah tangga di tengah konflik. Menyedihkan," ujar Sidqi.
Menurut dia, masalahnya berada di Tanah Airnya. "Jika serius menutup pengiriman, kami di Suriah tidak akan kewalahan seperti ini," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016