Malang (Antara Jatim) - Sebanyak sepuluh orang warga Kota Malang, Jawa Timur, selama Januari hingga Mei 2016, meninggal karena terserang demam berdarah dengue (DBD) akibat terlambat dibawa ke rumah sakit.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang Dr dr Asih Tri Rachmi Nuswantari di Malang, Kamis mengatakan jumlah korban meninggal tersebut jauh lebih banyak dibanding pada periode yang sama 2015, yang hanya tiga orang. "Selain ada sepuluh penderita yang meninggal, ada sekitar 300 warga yang juga terserang DBD," katanya.

Ia mengemukakan selama kurun waktu Januari hingga Desember 2015, jumlah penderita hanya 289 orang, namun tahun ini baru berjalan enam bulan sudah mencapai 300 kasus dan sepuluh penderita tidak tertolong nyawanya. Meski belum termasuk kategori kejadian luar biasa (KLB), kasus DBD di wilayah itu menunjukkan perkembangan yang mengkhawatirkan.

Apalagi, lanjutnya, jumlah yang meninggal juga bertambah. Sepanjang tahun lalu hanya tiga orang, sementara pada pertengahan tahun ini sudah mencapai sepuluh orang dan tidak menutup kemungkinan pada akhir tahun ini jumlahnya meningkat dua kali lipat.

Menurut Asih, meningkatnya jumlah penderita DBD tersebut disebabkan pola hidup masyarakat yang belum sepenuhnya bersih. Selain itu, imbauan Dinkes terkait program 3M juga masih belum berdampak signifikan, padahal para juru pemantik (Jumantik), pembagian bubuk abate, serta fogging (pengasapan) sudah disiapkan.

Akan tetapi, katanya, semua itu juga harus ada timbal balik dari masyarakat, terutama kesadaran untuk menjaga lingkungannya. Tanpa adanya peran aktif masyarakat, sosialisasi 3M, kinerja Jumantik, hingga fogging tidak akan memberikan pengaruh.

Padahal, kata Asih, alternatif terbaik untuk menekan angka DBD yang bisa dilakukan masyarakat adalah menjaga kebersihan di lingkungan masyarakat tinggal. Kasus DBD, ini juga merata di seluruh wilayah kecamatan.

Menyinggung usia penderita, Asih mengatakan mayoritas menyerang anak-anak usia SD hingga menengah. Namun, pada umumnya berusia antara 5 tahun hingga 14 tahun.

Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik dan infeksi RSSA Malang dr Gatot Ismanoe Sp PD mengatakan DBD rentan diderita pasien yang berusia remaja karena mobilitas mereka rata-rata cukup tinggi. Selain itu, faktor kepadatan penduduk juga menjadi salah satu alasan kenapa nyamuk aedes aegypti mudah berkembang biak dan berpindah tempat.

"Peluang DBD menyerang manusia ada tiga, yakni virus DEN, nyamuk dan masyarakat yang tinggal di pemukiman padat penduduk, apalagi jika lingkungannya tidak terjaga," ucapnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016