Madiun (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyatakan bahwa Indonesia selamanya masih terus membutuhkan Pancasila sebagai dasar hidup berbangsa dan bernegara rakyatnya, karena itu Pancasila merupakan modal dan senjata penting bagi Bangsa Indonesia utuk menghadapi tantangan globalisasi, Masyakarat Ekonomi ASEAN (MEA), dan juga kemajuan teknologi.
"Karena itu Pancasila harus dirawat oleh semua. Dijaga dan dilaksanakan, semua pihak harus ikut ambil bagian agar Pancasila tetap hidup di tengah-tengah masyarakat dengan caranya masing-masing," ujar Gus Ipul seusai membuka Seminar Pancasila yang bertema "Memperkuat Pancasila di Tengah Arus Modernisasi Dengan Melaksanakan Sila-Silanya" di Aula Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, Selasa.
Menurut dia, banyak bangsa lain di dunia yang hancur dan rusak karena tidak memiliki dasar dan falsafah seperti Pancasila yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Akibatnya, banyak terjadi perang, saling bunuh, dan kerusuhan.
"Saya melihat Indonesia masih bertahan karena memiliki Pancasila yang sangat luhur. Pancasila sangat sesuai ada di Indonesia yang memiliki kemajemukan, baik suku, adat, agama, dan perbedaan lainnya," kata dia.
Karena itu, melalui seminar tersebut, pihaknya ingin semua pihak, terlebih para generasi muda dan mahasiswa melek dan mengerti bahwa nilai-nilai dari sila Pancasila perlu dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat demi terciptanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Banyak sikap generasi muda saat ini yang akibat arus globalisasi membuat kita sangat prihatin. Karena itu, acara-acara seperti ini sangat dibutuhkan untuk menempatkan Pancasila sebagai jalan tengah, pemersatu, dan dasar hidup kita supaya tidak hilang arah. Makanya saya sangat mengapresiasi acara seperti ini," kata Gus Ipul.
Sementara, Ketua Panitia Seminar Pancasila Agnes Adhani, mengatakan, hal yang ingin dicapai dalam seminar tersebut adalah menyegarkan semua pihak bahwa Pancasila merupakan satu-satunya pedoman hidup, landasan hidup, dan dasar negara yang membuat Bangsa Indonesia yang multikultural tetap utuh.
Pihaknya dari sisi akademisi merasa terpanggil dengan sikap masyarakat Bangsa Indonesia saat ini yang cenderung mulai luntur nasionalisme, lupa sejarah, dan tidak memiliki sikap toleransi.
"Semua cenderung instan, nilai-nilai Pancasila dipenggal-penggal, dan sekolah saat ini terkesan hanya mengolah otak namun tidak mengasah hati nurani sehingga nilai sopan santun berkurang dan tidak memiliki toleransi," kata Agnes.
Melihat kondisi itu, ia menilai perlu adanya gerakan dan ajakan kepada semua pihak masyarakat untuk kembali menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara agar tidak ada lagi yang mengedepankan mayoritas dan minoritas serta melakukan provokasi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
"Seminar ini menjadi langkah awal kepedulian masyarakat di Madiun. Setelah seminar, ke depan kami ingin membentuk forum diskusi bersama bagi siapa saja yang ingin bergabung termasuk mahasiswa untuk membahas dan melakukan kajian tentang masalah krusial yang dihadapi bangsa, seperti narkoba, kekerasan seksual, kesehatan reproduksi, dan lainnya. Tujuannya adalah mengajak sesama untuk kembali peduli sesuai sila Pancasila," tambah Agnes.
Seminar yang berlangsung sore hingga jelang waktu berbuka puasa tersebut menghadirkan sejumlah pembicara, yakni Hermawi Taslim (Ketua Forkoma PMKRI), AM Putut Prabantoro (Ketua Gerakan Semangat Satu Bangsa), dan Rektor IKIP PGRI Madiun DR. H. Parji MPd.
Adapun, peserta dari seminar meliputi berbagai perwakilan elemen masyarakat di wilayah Madiun, seperti perguruan tinggi, MUI, PMII, HMI, PCNU, Muhammadiyah, PMKRI, pengurus gereja, dan sejumlah tokoh masyarakat. Setelah seminar selesai, acara dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama yang tujuannya menujukkan kerukunan dan sikap saling menghormati antarsesama umat manusia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016