Ramadhan sudah bukan hanya milik Muslim, tapi Ramadhan itu menjadi kebiasaan masyarakat. Itulah pandangan komisaris perusahaan motivasi PT Total Quality, Johan Yan, tentang pengalaman bertahun-tahun menggelar Sahur on The Road (SOTR) 2016.
"Awalnya, mama saya yang dekat dengan tetangga di Pandaan. Saking dekatnya, kalau tetangga yang umumnya Muslim itu berpuasa, maka saya ikut membagikan takjil," ucapnya di sela SOTR-2016, Jumat (10/6).
Bahkan, mamanya juga berzakat. "Dia bilang, zakat itu cuci baju. Kalau mereka (Muslim) itu cuci baju ya kita titip cuci baju. Itu cuci dosa, itu baik, kita ikut saja," ujarnya.
Akhirnya, ucap penggagas Museum Mahanandi Surabaya itu, kebiasaan di Pandaan itu terbawa ketika dirinya besar.
"Karena itu, saya juga sudah bertahun-tahun ikut berbagi dalam setiap Ramadhan melalui Sahur on The Road," ungkapnya.
Bedanya, tahun ini (2016), penerima anugerah kehormatan 10 orang berpengaruh di bidang budaya di Indonesia atau The Outstanding Young Persons (TOYP) oleh Junior Chamber International atau JCI (2012) itu mulai mengajak temannya.
"Saya mengawali dengan mengajak Pak Alung yang bos restoran D'Cost --generasi kedua dengan 81 restoran D'Cost se-Indonesia--," ujarnya.
Bagi motivator budaya yang non-Muslim itu, Ramadhan itu bulan berbagi dan berbagi itu bukan hanya milik orang Islam.
"Karena itu, tidak hanya Sahur on The Road, TQ juga bagi-bagi takjil pada setiap hari mulai dari Senen hingga Kamis sebanyak 100 paket takjil setiap hari yang dibagikan di Surabaya dan Sidoarjo," urainya.
Kepada karyawannya yang 70 persen Muslim itu, motivator asal Surabaya itu menyebut bagi-bagi takjil itu pelajaran penting untuk berbagi atau peduli sesama dan toleransi.
"Yang menarik, semakin sering berbagi justru rezeki saya terus berkembang, dari tahun ke tahun semakin besar," kilah penerima penghargaan gelar pangeran kehormatan dari Pakubuwono XIII Solo dalam bidang kebudayaan (2012) itu.
Buktinya, sejak rutin berbagi, usahanya justru tidak pernah sepi. "Padahal, perusahaan saya sebelumnya sering mengalami sepi pada setiap bulan puasa Ramadhan, tapi selama empat kali Ramadhan terakhir justru rezeki datang lebih banyak daripada bulan-bulan biasanya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Awalnya, mama saya yang dekat dengan tetangga di Pandaan. Saking dekatnya, kalau tetangga yang umumnya Muslim itu berpuasa, maka saya ikut membagikan takjil," ucapnya di sela SOTR-2016, Jumat (10/6).
Bahkan, mamanya juga berzakat. "Dia bilang, zakat itu cuci baju. Kalau mereka (Muslim) itu cuci baju ya kita titip cuci baju. Itu cuci dosa, itu baik, kita ikut saja," ujarnya.
Akhirnya, ucap penggagas Museum Mahanandi Surabaya itu, kebiasaan di Pandaan itu terbawa ketika dirinya besar.
"Karena itu, saya juga sudah bertahun-tahun ikut berbagi dalam setiap Ramadhan melalui Sahur on The Road," ungkapnya.
Bedanya, tahun ini (2016), penerima anugerah kehormatan 10 orang berpengaruh di bidang budaya di Indonesia atau The Outstanding Young Persons (TOYP) oleh Junior Chamber International atau JCI (2012) itu mulai mengajak temannya.
"Saya mengawali dengan mengajak Pak Alung yang bos restoran D'Cost --generasi kedua dengan 81 restoran D'Cost se-Indonesia--," ujarnya.
Bagi motivator budaya yang non-Muslim itu, Ramadhan itu bulan berbagi dan berbagi itu bukan hanya milik orang Islam.
"Karena itu, tidak hanya Sahur on The Road, TQ juga bagi-bagi takjil pada setiap hari mulai dari Senen hingga Kamis sebanyak 100 paket takjil setiap hari yang dibagikan di Surabaya dan Sidoarjo," urainya.
Kepada karyawannya yang 70 persen Muslim itu, motivator asal Surabaya itu menyebut bagi-bagi takjil itu pelajaran penting untuk berbagi atau peduli sesama dan toleransi.
"Yang menarik, semakin sering berbagi justru rezeki saya terus berkembang, dari tahun ke tahun semakin besar," kilah penerima penghargaan gelar pangeran kehormatan dari Pakubuwono XIII Solo dalam bidang kebudayaan (2012) itu.
Buktinya, sejak rutin berbagi, usahanya justru tidak pernah sepi. "Padahal, perusahaan saya sebelumnya sering mengalami sepi pada setiap bulan puasa Ramadhan, tapi selama empat kali Ramadhan terakhir justru rezeki datang lebih banyak daripada bulan-bulan biasanya," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016