Surabaya (Antara Jatim) - Pintu air yang merupakan cagar budaya  di Jagir, Surabaya, mulai dilengkapi sistem elektrik penutup air tanpa mengganti bentuk dan warna aslinya.

Kepala sub Divre (Kasubdiv) Jasa Air dan Sumber Air (Asa) Wilayah Sungai (WS) Brantas Perum Jasa Tirta Surabaya, Didik Ardianto, di Surabaya, Selasa, mengatakan sejak tahun 1979 penutup air di pintu air Jagir dioperasikan secara manual.

"Pintu air peninggalan Belanda ini telah digunakan sejak 1923 dengan sistem manual, yaitu menggunakan tenaga manusia. Kemudian tahun 1979, mulai menggunakan sistem elektrik secara perlahan hingga sekarang," katanya. 

Dengan penggantian ini, lanjutnya maka pemasangan "stop log" yang selama ini dilakukan dengan manual bisa digantikan dengan mesin. "Stop log" merupakan batangan besi kotak besar dengan panjang lebih dari 10 meter dan memiliki diameter sekitar 40 cm. 

"Untuk menutup satu pintu air di Jagir, minimal membutuhkan 21 'stop log', padahal pintu air jagir memiliki tiga pintu air, sehingga untuk memasang 'stop log' secara manual membutuhkan waktu yang lama," kata dia.

Menurut dia, pada pintu air Jagir terdapat "chain block" sebagai penahan air. Agar dapat berfungsi maksimal, maka "stop log" harus dilakukan perawatan, sehingga untuk mengerek menggunakan mesin.

"Biasanya memerlukan 10-20 pekerja untuk memasang 'stop log', dengan sistem elektrik maka pemasangan 'stop log' bisa dilakukan cepat dengan menggunakan mesin," 

Lebih lanjut dia mengungkapkan sistem kerja pintu air Jagir terbagi dalam dua sistem yaitu dengan menggunakan pintu kayu serta dengan menggunakan sistem "stop log".

"Pintu kayu biasanya dilakukan untuk buka tutup pintu air secara cepat, sedangkan 'stop log' akan dipasang jika pintu kayu mengalami kerusakan, untuk memperkuat pintu air," tuturnya.

Sesuai peraturan daerah (perda) Surabaya nomor 5 tahun 2005 tentang pelestarian bangunan dan atau bangunan cagar budaya, maka pintu air cagar budaya Jagir harus mendapat perawatan.

"Karena pintu air Jagir ini termasuk cagar budaya, maka membutuhkan perawatan khusus. Setiap bulannya menghabiskan anggaran sekitar Rp20 juta untuk operasional, namun jika perawatan bangunan akan mendapat perawatan secara periodik sekitar lima tahun sekali," katanya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016