Jember (Antara Jatim) - Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Jember, Jawa Timur, Masykur, mengimbau para petani untuk mengurangi areal tanaman tembakau yang ditanam pada musim tanam tembakau 2016 untuk mengantisipasi harga tembakau yang murah.

"Kabupaten Jember merupakan wilayah sentra produksi tembakau, namun kondisi pasar memaksa petani harus menahan perluasan areal tanam yang akan dimulai awal musim kemarau tahun ini," katanya di Jember, Kamis.

Menurut dia, pengurangan luasan tanam tembakau tersebut  untuk memperbaiki harga jual tembakau pada tahun 2016 dan petani harus bisa memperhatikan kebutuhan pasar tembakau baik pasar dunia maupuan pasar nasional.

"Saya imbau petani agar mengurangi luas areal tanam untuk seluruh jenis tembakau dan berdasarkan data Disbunhut, estimasi permintaan pasar tembakau Jember tahun 2016 semakin turun dibandingkan tahun sebelumnya," tuturnya.

Data Disbunhut Jember tercatat permintaan Naa Oogst tradisional hanya sebesar 500 ton atau estimasi areal tanam hanya seluas 294 hektare dan semakin menurun dibandingkan tahun 2015 yang mencapai areal tanam 618 hektare.

Ia mengatakan penurunan estimasi permintaan tahun 2016 juga terjadi di seluruh jenis komoditas tembakau yakni tembakau Naa Oogst Tanam Awal (Nota) hanya butuh 2.330 ton dengan estimasi areal hanya 1.658 hektare.

"Untuk Voor Oogst Kasturi kebutuhannya 6.450 ton atau seluas 4.300 hektare. Rajangan dan white burley masing masing hanya 500 hektare, sehingga secara keseluruhan, permintaan menurun," katanya.

Penurunan permintaan itu, lanjut dia, karena masih banyaknya stok tembakau di gudang pabrikan tembakau dan hal itu berdampak pada turunnya harga jual tembakau petani. Bahkan pada tahun 2014 dan 2015 lalu, untuk tembakau kasturi Jember dihargai Rp500 per kilogram.

"Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan harga jual tembakau tahun lalu. Kami sudah memberikan sosialisasi kepada petani untuk menanam sesuai dengan kebutuhan pasar, tetapi tidak dilakukan petani," ujarnya.

Ia memberikan contoh seperti tembakau kasturi yang diestimasikan pada tahun 2015 kebutuhannya sebesar 5.667 hektare, namun petani justru menanam hingga 10.116 hektare, sehingga membuat kelebihan produksi yang menyebabkan harga anjlok.

"Faktor lain penyebab murahnya harga jual tembakau adalah kejadian alam, yaitu meletusnya Gunung Raung, sehingga mempengaruhi kualitas tembakau di Jember yang terdampak abu vulkanis dan kualitas itu tidak sesuai dengan harapan pabrikan," katanya menjelaskan.

Sementara Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro minta pemerintah melakukan pengawasan tata niaga tembakau dengan ketat, agar pihak pabrikan tidak berlaku curang kepada petani. 

"Beberapa pabrikan memberikan informasi telah menutup pintu gudang pembelian tembakau petani, namun kenyataannya, mereka masih menerima tembakau petani luar Jember," tuturnya.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016