Situbondo (Antara Jatim) - Tengkulak di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menyatakan kualitas gabah hasil panen petani kini sangat bagus sehingga layak jika dibeli dengan harga tinggi, bahkan melebihi harga pembelian pemerintah atau HPP.
"Gabah milik petani kondisinya memang bagus dan layak untuk mendapatkan harga di atas harga yang ditetapkan Bulog. Akan tetapi jika kondisi padinya jelek, kami juga menawar sama seperti harga Bulog, yakni Rp3.700 per kilogram," ujar tengkulak asal Desa Talkandang, Kecamatan Kota Situbondo, Ahmad Hidayat, di Situbondo, Rabu.
Pada panen kali ini tengkulak di Situbondo berani membeli gabah petani di daerah itu dengan harga Rp3.900 hingga Rp4.000 per kilogram atau melebihi harga yang dipatok oleh Bulog yang hanya membeli Rp3.700 per kilogram.
"Gabah petani di sini memang bagus-bagus. Saya membelinya dari petani dan saya keringkan di tempat pengeringan selanjutnya saya jual ke Jember dan Bondowoso," kata Hidayat.
Ia mengemukakan bahwa dalam satu hari dirinya, termasuk tengkulak lain yang ada di Situbondo rata-rata mendapatkan gabah sebanyak 15 ton hingga 25 ton per hari. Mereka sudah melakukan transaksi pembelian langsung ke petani kadangkala dua minggu atau seminggu sebelum panen.
Menurut dia, para petani di Situbondo wajar memilih menjual gabahnya kepada tengkulak maupun pedagang padi karena mereka ingin mendapatkan untung yang lebih karena biaya perawatan untuk menghasilkan gabah yang bagus juga cukup besar.
Sementara itu seorang petani asal Desa Olean, Kecamatan Kota Situbondo, Sofyan mengatakan menjual padinya kepada tengkulak dan pedagang maupun pengepul karena harganya sesuai dengan kondisi padi yang bagus.
"Yang jelas saya lebih memilih menjual ke tengkulak dan pedagang karena harganya sesuai dengan yang diharapkan. Saya sebagai petani juga mau untung lebih dan sesuai dengan biaya perawatan tanaman padi," ujarnya.
Menurut Sofyan, selain mendapatkan harga yang layak petani juga tidak repot membawa dibandingkan dengan jika menjual gabahnya ke Bulog di Situbondo.
Sementara itu Kepala Gudang Bulog Arjasa Situbondo Aris Juhansyah mengatakan untuk mengejar target serapan gabah tahun ini, ia bersama-sama Satgas Serapan Gabah (Sergab) dari Kodim 0823/Situbondo telah mendatangi setiap penggilingan padi dan tengkulak maupun pengepul berkoordinasi agar gabahnya dijual ke Bulog.
"Kami sudah mendatangi pemilik penggilingan padi dan tengkulak, agar mereka menjual gabahnya ke Bulog, karena panen tahun ini hingga April sudah tinggal sedikit atau tersisa 20 persen panen. Makanya kami datangi tengkulak dan penggilingan padi," ujarnya.
Akan tetapi, kata dia, kebanyakan tengkulak maupun pemilik penggilingan padi yang tidak mau menjual gabahnya ke Bulog, karena mereka mengaku rugi kalau dibeli sesuai HPP.
"Rata-rata tengkulak dan pemilik penggilingan tidak mau menjual karena mereka mengaku rugi kalau kita beli seharga HPP yakni Rp4.650 per kilogram untuk gabah kering giling (GKK) atau gabah yang sudah siap giling menjadi beras. Tengkulak minta harga Rp5.000 per kilogram,"ujarnya.
Aris menambahkan, dua gudang Bulog yang ada di Situbondo serapan gabahnya masih baru mencapai 900 ton lebih dari target serapan 22.400 ton gabah untuk 2016.
"Untuk gudang Bulog yang ada di Kecamatan Arjasa capaian serapan gabah baru 480 ton setara beras, dan gudang Bulog di Klatakan, Kecamatan Kendit, juga baru mendapatkan sekitar 450 ton lebih gabah per 10 April," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Gabah milik petani kondisinya memang bagus dan layak untuk mendapatkan harga di atas harga yang ditetapkan Bulog. Akan tetapi jika kondisi padinya jelek, kami juga menawar sama seperti harga Bulog, yakni Rp3.700 per kilogram," ujar tengkulak asal Desa Talkandang, Kecamatan Kota Situbondo, Ahmad Hidayat, di Situbondo, Rabu.
Pada panen kali ini tengkulak di Situbondo berani membeli gabah petani di daerah itu dengan harga Rp3.900 hingga Rp4.000 per kilogram atau melebihi harga yang dipatok oleh Bulog yang hanya membeli Rp3.700 per kilogram.
"Gabah petani di sini memang bagus-bagus. Saya membelinya dari petani dan saya keringkan di tempat pengeringan selanjutnya saya jual ke Jember dan Bondowoso," kata Hidayat.
Ia mengemukakan bahwa dalam satu hari dirinya, termasuk tengkulak lain yang ada di Situbondo rata-rata mendapatkan gabah sebanyak 15 ton hingga 25 ton per hari. Mereka sudah melakukan transaksi pembelian langsung ke petani kadangkala dua minggu atau seminggu sebelum panen.
Menurut dia, para petani di Situbondo wajar memilih menjual gabahnya kepada tengkulak maupun pedagang padi karena mereka ingin mendapatkan untung yang lebih karena biaya perawatan untuk menghasilkan gabah yang bagus juga cukup besar.
Sementara itu seorang petani asal Desa Olean, Kecamatan Kota Situbondo, Sofyan mengatakan menjual padinya kepada tengkulak dan pedagang maupun pengepul karena harganya sesuai dengan kondisi padi yang bagus.
"Yang jelas saya lebih memilih menjual ke tengkulak dan pedagang karena harganya sesuai dengan yang diharapkan. Saya sebagai petani juga mau untung lebih dan sesuai dengan biaya perawatan tanaman padi," ujarnya.
Menurut Sofyan, selain mendapatkan harga yang layak petani juga tidak repot membawa dibandingkan dengan jika menjual gabahnya ke Bulog di Situbondo.
Sementara itu Kepala Gudang Bulog Arjasa Situbondo Aris Juhansyah mengatakan untuk mengejar target serapan gabah tahun ini, ia bersama-sama Satgas Serapan Gabah (Sergab) dari Kodim 0823/Situbondo telah mendatangi setiap penggilingan padi dan tengkulak maupun pengepul berkoordinasi agar gabahnya dijual ke Bulog.
"Kami sudah mendatangi pemilik penggilingan padi dan tengkulak, agar mereka menjual gabahnya ke Bulog, karena panen tahun ini hingga April sudah tinggal sedikit atau tersisa 20 persen panen. Makanya kami datangi tengkulak dan penggilingan padi," ujarnya.
Akan tetapi, kata dia, kebanyakan tengkulak maupun pemilik penggilingan padi yang tidak mau menjual gabahnya ke Bulog, karena mereka mengaku rugi kalau dibeli sesuai HPP.
"Rata-rata tengkulak dan pemilik penggilingan tidak mau menjual karena mereka mengaku rugi kalau kita beli seharga HPP yakni Rp4.650 per kilogram untuk gabah kering giling (GKK) atau gabah yang sudah siap giling menjadi beras. Tengkulak minta harga Rp5.000 per kilogram,"ujarnya.
Aris menambahkan, dua gudang Bulog yang ada di Situbondo serapan gabahnya masih baru mencapai 900 ton lebih dari target serapan 22.400 ton gabah untuk 2016.
"Untuk gudang Bulog yang ada di Kecamatan Arjasa capaian serapan gabah baru 480 ton setara beras, dan gudang Bulog di Klatakan, Kecamatan Kendit, juga baru mendapatkan sekitar 450 ton lebih gabah per 10 April," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016