Surabaya (Antara) - SMA Khadijah, Wonokromo, Surabaya, telah ditunjuk Kemendikbud menjadi salah satu dari dua Sekolah Literasi Nasional dari Surabaya.

"Ada dua SMA di Surabaya yang menjadi Sekolah Literasi Nasional yakni SMA Khadijah dan SMAN 5," kata Ketua Yayasan TPSNU Khadijah, H Abdullah Sani MPd, di Surabaya, Sabtu.

Didampingi Kepala SMA Khadijah Much Mas'ud SPd MM di sela Bedah Buku dan Motivasi Literasi di SMA Khadijah Surabaya, ia menjelaskan program Kemendikbud itu berbeda dengan Pemkot Surabaya.

"Kalau Pemkot Surabaya memang bertekad menjadikan Surabaya sebagai Kota Literasi melalui semua lembaga, namun Kemendikbud hanya menunjuk beberapa sekolah percontohan," katanya.

Di sela acara yang mengundang narasumber Prof Dr Moh Ali Aziz MAg, dr Muhammad Thohir Sp.KJ, dan Dayat Simbaia, Kepala SMA Khadijah Much Mas'ud menyatakan pihaknya sudah lama memiliki program literasi itu.

"Sebelum ditunjuk Kemendikbud, kami sudah memiliki program literasi, namun literasi Al Quran lebih dominan dari Senin hingga Jumat, sedangkan literasi untuk buku umum hanya Sabtu," katanya.

Dengan penunjukan Kemendikbud itu, pihaknya kini menjadikan literasi untuk buku-buku umum non-pelajaran pada Senin, Selasa, dan Sabtu, sedangkan Rabu-Jumat untuk literasi Al Quran.

"Tidak hanya itu, kami juga merancang perpustakaan mini pada 18 ruang/kelas dan juga merancang berbagai kegiatan untuk literasi, seperti bedah buku dan motivasi literasi," katanya.

Dalam bedah buku dan motivasi literasi itu, penulis buku "Karakter Asmaul Husna" dr Muhammad Thohir Sp.KJ menyatakan pembiasaan membaca dan menulis itu harus dimulai dari sebuah rangsangan.

"Rangsangan membaca itu bisa melalui bacaan yang paling diminati, sedangkan rangsangan menulis bisa dimulai dengan membuat konsep. Kalau konsep sudah dibuat secara kasar, maka kita akan tertarik untuk terus menyempurnakan, tapi kalau tidak ada konsep ya sulit memulai," katanya.

Lain halnya dengan "resep" dari penulis buku "Shalat Bahagia" Prof Dr Moh Ali Aziz MAg. "Semua itu berangkat dari PD atau percaya diri. Kalau orang dipaksa memiliki rasa percaya diri itu, maka dia akan bisa berbuat apapun, termasuk menulis," katanya.

Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan konsultan Yayasan TPSNU Khadijah itu menyatakan orang yang menulis itu akan berumur panjang, karena dia akan tetap dikenang, meski sudah meninggal, seperti Imam Ghazali, Imam Syafii, dan sebagainya.

Resep agak berbeda disampaikan Dayat Simbaia (20) yang memiliki nama asli Nur Wahid Hidayat alias Day. Modalnya hanya "lima besar" Idola Cilik 2007-2008 yang membuatnya bersemangat, namun tidak malu mempunyai ibu penjual gorengan dan ayah yang tukang becak. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016