Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah siswi SMP Putri Luqman al Hakim Hidayatullah Surabaya menggelar "Aku Cinta Masakan Tradisional Indonesia" untuk mengenalkan masakan tradisional kepada siswa di sekolah setempat, Jumat.

Dalam kegiatan yang bertujuan sebagai edukasi masyarakat untuk selalu ingat dan cinta kepada masakan tradisional Indonesia itu, siswi SMP Putri Luqman Hakim membuat Tahu Tek dan Lontong Tahu.

Ada petis, tahu, kentang, mentimun, telur, serta lepek untuk meratakan adonan membuat tahu tek. Dengan cekatan para siswi memecah telor dan menggorengnya. Tidak lupa, tahu pun dipersiapkan untuk digoreng.

Siswi yang lain menyiapkan adonan sambal untuk menambah kenikmatan tahu tek yang sering ditemui di gang-gang kota Surabaya dengan bunyi khasnya, "tek.. tek... tek...".

"Itu sebabnya diberi nama tahu tek," kata Amanda Kirana Putri, siswi yang cukup gemar menikmati Tahu Tek itu.

Setelah tahu dan telur siap atau matang, kemudian dipotong-potong menggunakan gunting. Khas pembuatan Tahu Tek, lalu dimasukkan adonan sambal yang sudah dipersiapkan.

Akhirnya, semuanya diaduk. "Ini masakan khas Nusantara yang harus dilestarikan," ucap Amanda yang merupakan siswi dari sekolah yang beralamat di Kejawan Putih Tambak itu.

Tak mau kalah, kelompok lain tampak asyik membuat masakan tradisional lainnya, yakni Tahu Campur. Masakan tradisional yang satu itu tidak hanya khas, namun juga kaya gizi.

Zoya, salah satu kelompok Tahu Campur terlihat riang. Maklum, ini pengalaman pertama baginya memasak masakan tradisional.

"Seneng sih, biasanya makan junk food, sekarang masak masakan tradisional. Terpenting melestarikan kuliner Indonesia," katanya.

Ia berharap anak seusianya juga mengenal masakan tradisional Indonesia, karena banyak gizi dan tidak mengandung bahan kimia yang bisa membahayakan tubuh.

Menurut Kepala Sekolah SMP Putri itu, Somi Suradi, Aku Cinta Masakan Tradisional Indonesia sebagai satu langkah menyadarkan generasi bangsa yang sudah banyak lupa kepada masakan tradisional.

"Anak sekarang lebih familiar masakan 'western'. Itu satu keprihatinan, karena itu memasuki MEA perlu pengenalan segala bentuk tradisi Nusantara agar tidak tinggal nama," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016