Malang (Antara Jatim) - Mahasiswa Program Belajar Cepat (LeX=Learning Express) kerja sama Universitas Muhammadiyah Malang, Singapore Polytechnic, Kanazawa Institute of Technology  dan Kanazawa Technical College Jepang berkolaborasi membuat prototype alat untuk membantu Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Batu.

"Prototype yang dibuat mahasiswa dari empat kampus tiga negara ini ada tiga macam dan konsepnya akan dimatangkan di Jepang, sekaligus dibuatkan barang jadinya. September nanti akan kita matangkan di Jepang dan ada lima mahasiswa UMM yang mewakili ke Negeri Sakura itu," kata Asisten rektor Bidang Kerja Sama UMM, Soeparto di sela penutupan Program LeX di kampus UMM, Kamis.

Ia mengatakan ada tiga produk yang dibuat oleh ke-68 peserta program LeX.  Selama empat hari observasi di Desa Temas, Kota Batu, mahasiswa dari ketiga negara ini menemukan permasalahan di UMKM di desa tersebut. Tiga UMKM yang menjadi fokus perhatian para peserta LeX ini adalah  usaha pemotongan ayam, pabrik tahu, dan wisata tani.

Di unit usaha pemotongan ayam, peserta LeX menemukan permasalahan dalam pengelolaan pembersihan ayam potong. Mereka melihat bahwa ayam yang sudah dipotong dibersihkan bulu dan kotorannya dengan merendam ke dalam air mendidih, namun karena mengerjakannya hanya menggunakan kayu dan tangan, hal tersebut menjadi kurang efektif.

Dari kebersihan, keamanan dan kesehatannya menjadi kurang, sehingga perlu alat untuk membantu mempermudah pekerjaan tersebut.

Salah seorang peserta LeX, Adjar Yusrandi Akbar yang juga mahasiswa Biologi UMM itu menjelaskan untuk membantu usaha potong ayam tersebut, perlu alat tambahan seperti panci berlubang yang memiliki pegangan untuk tangan.

Tempat ini dapat menampung ayam beserta kotorannya, sehingga kotoran ayam dapat terangkat dan tidak melebur dengan air yang akan digunakan untuk membersihkan ayam berikutnya. Tempat pegangan di panci yang berlubang juga akan memudahkan dalam memutar ayam sehingga tidak perlu memakai kayu lagi.

Kelompok lainnya, menemukan permasalahan baru di pabrik tahu di desa Temas. Sebenarnya, dari sisi proses produksinya tidak menjadi masalah, namun penduduk sekitar merasakan tidak nyaman dengan asap berwarna hitam yang mengganggu kesehatan dan aktivitas warga di sana. Oleh sebab itu, peserta LEx membuat alat yang dapat membantu mengurangi warna pekat hitam tersebut.

"Terdapat dua corong untuk memisahkan uap dan asap. Corong yang pertama digunakan untuk mengalirkan uap air yang mendidih untuk pembuatan tahu, sedangkan corong kedua digunakan untuk jalannya asap hasil dari pembakaran kayu untuk mendidihkan air. Untuk mengurangi warna hitam, ditambahkan arang aktif dan serabut kelapa di dalam pipa, sehingga asap akan tersaring dan warnanya akan berubah," ujar Anggita Elma Winda, salah seorang peserta LEx.

Hanum Shirotu Nida, mahasiswa Teknik UMM yang juga peserta LeX menjelaskan lebih menarik jika tanaman ditata rapi dan dibedakan sesuai jenisnya. "Dalam prototype yang kami buat terdapat tanaman hias, sayur-sayuran dan buah-buahan yang dibedakan sesuai dengan lahannya," ucapnya.

Di setiap tanaman juga diberi keterangan untuk mengedukasi pengunjung. "Kami juga menyediakan tempat yang dapat menjual tanaman organik yang dikelola oleh warga setempat sehingga dapat menjadi pemasukan bagi warga setempat, apalagi lokasinya berada di dekat wisata rafting sehingga banyak orang yang akan berkunjung ke kampung wisata ini," urainya.

Semenatra itu, salah seorang Singapore Polytechnic Wiyata Sadikin mengaku bahwa program ini sangat menarik dan bermanfaat. "Kita bisa belajar satu sama lain. Mahasiswa Jepang orangnya disiplin, mahasiswa Indonesia orangnya fun, dan tidak gampang tersinggung. I feel great di kegiatan ini," ungkapnya.

Sedangkan mahasiswa Kanazawa Institute of Technology (KIT), Yuki Kano, mengatakan desa Temas mirip dengan sebuah tempat di Kanazawa, Jepang, namun suasananya lebih indah di sini. "Meskipun kita terbentur bahasa, penduduk desanya sangat friendly," katanya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016