Kediri (Antara Jatim) - Pabrik Rokok (PR) Cengkir Gading di Kecamatan/Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, yang memproduksi jenis rokok tradisional menggunakan klobot (daun jagung kering) sebagai bungkus batangnya memanfaatkan teknologi internet atau dalam jaringan/daring untuk mengembangkan usaha.
"Kami sudah sekitar dua tahun ini memanfaatkan 'internet' (daring), dan berdampak cukup bagus," kata perwakilan PR Cengkir Gading Nganjuk Handayani saat ditemui dalam kegiatan yang diselenggarakan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai Kediri, di sebuah hotel, Selasa.
Ia mengatakan, rokok klobot masih terus digemari oleh pelanggannya. Setiap hari, pabrik beroperasi dan bisa menghasilkan rokok klobot sekitar 40-50 ribu batang.
Handayani mengatakan pabrik rokok ini sudah ada sekitar 1990. Selama masa berproduksi, pabrik juga mengalami pasang surut, namun pabrik masih mampu bertahan hingga sekarang.
Saat ini, pabrik mempekerjakan sekitar 60 orang untuk membuat rokok klobot. Mayoritas mereka adalah warga Kabupaten Nganjuk dan sudah cukup lama bekerja di pabrik. Namun, secara total, terdapat lebih dari 100 orang karyawan, dimana sisanya membuat rokok kretek.
"Peminat orang yang sudah sepuh-sepuh (tua), termasuk yang membuat rokok klobot juga banyak yang sudah sepuh. Kami juga melakukan berbagai terobosan agar perusahaan tetap bertahan," katanya.
Untuk membuat rokok klobot, Handayani mengatakan perusahaan tetap memerhatikan kualitas, terutama tembakau. Produksi tembakau sengaja dipilih hanya dari daerah khusus misalnya Bojonegoro dan Nganjuk, karena mempunyai kualitas yang berbeda.
Setelah tembakau didapat, lalu diramu diberi pengharum khusus, cengkih, dan selanjutnya tinggal dilinting kecil-kecil dengan klobot. Selanjutnya, rokok klobot tersebut dijadikan kemasan kecil-kecil siap untuk dijual.
Selama ini, untuk penjualan ia mengatakan lebih banyak mengandalkan pasar lokal bukan ke luar Pulau Jawa. Hal itu disebabkan, untuk pasar luar Pulau Jawa agak kesulitan dalam hal keuangan, sementara untuk pasar lokal dapat dengan mudah dipantau setiap hari oleh tenaga penjual atau sales yang bertugas.
"Sales setiap hari mengambil, jadi bisa totalan untuk mengisi agen, distributor. Pernah ada yang di luar Jawa, tapi uangnya yang sulit, jadi fokus ke lokal saja," katanya.
Perusahaan ini, kata dia, sebenarnya juga memproduksi rokok kretek selain rokok klobot. Namun, selama ini produksi lebih banyak ke rokok klobot. Omzet yang didapat perusahaan setiap bulan juga bisa mencapai Rp350 sampai Rp400 juta.
Walaupun perusahaan ini masih memertahankan membuat rokok tradisional, rokok klobot, Handayani mengaku optimistis perusahaan akan bisa bertahan. Perusahaan juga berencana untuk lebih memperluas usahanya, sehingga bisa menjadi lebih berkembang.
"Harapannya bisa lebih maju lagi, agar pekerja juga bisa lebih sejahtera. Kami ingin rokok kretek yang diproduksi bisa lebih besar lagi," harapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016